tag:blogger.com,1999:blog-42227403841765058272024-02-19T05:13:37.079-08:00Engkos KoswaraEngkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-72843750935293324952012-04-07T08:40:00.000-07:002012-04-07T08:40:56.649-07:00Filsafat Ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">A. Pengertian Filsafat Ilmu </div><div style="text-align: justify;"> Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)</div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.</li>
<li style="text-align: justify;">Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)</li>
<li style="text-align: justify;">A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)</li>
<li style="text-align: justify;">Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)</li>
<li style="text-align: justify;">May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.</li>
<li style="text-align: justify;">Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan</li>
<li style="text-align: justify;">Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).</li>
<li style="text-align: justify;">Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :</li>
<li style="text-align: justify;">Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)</li>
<li style="text-align: justify;">Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)</li>
<li style="text-align: justify;">Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)</li>
</ul><div style="text-align: justify;">B. Fungsi Filsafat Ilmu<br />
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :<br />
• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.<br />
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.<br />
• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.<br />
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan<br />
• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)<br />
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
C. Substansi Filsafat Ilmu<br />
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
1. Fakta atau kenyataan<br />
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.</div><ul style="text-align: left;"><li>Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.</li>
</ul><ul style="text-align: justify;"><li>Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.</li>
</ul><ul style="text-align: justify;"><li>Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan</li>
</ul><ul style="text-align: justify;"><li>Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.</li>
</ul><ul style="text-align: justify;"><li>Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.</li>
</ul><div style="text-align: justify;">Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
2. Kebenaran (truth)<br />
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)<br />
a. Kebenaran koherensi<br />
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.<br />
b.Kebenaran korespondensi <br />
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik<br />
c.Kebenaran performatif<br />
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.<br />
d.Kebenaran pragmatik<br />
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.<br />
e.Kebenaran proposisi<br />
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.<br />
f.Kebenaran struktural paradigmatik<br />
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
3.Konfirmasi<br />
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.<br />
4.Logika inferensi<br />
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.<br />
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)<br />
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.<br />
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu<br />
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:<br />
• Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.<br />
• Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.<br />
• Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.<br />
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Daftar Pustaka </div><ul style="text-align: left;"><li>Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPS-IKIP Bandung.</li>
<li>Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.</li>
<li>Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.</li>
<li>Filsafat_Ilmu, <http: aljawad="" artikel="" filsafat_ilmu.htm”="" members.tripod.com=""></http:></li>
<li>Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.</li>
<li>Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.</li>
<li>Mantiq, <http: etc="" islam="" mantiq.htm”="" media.isnet.org.="">.</http:></li>
<li>Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia</li>
<li>Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-26628147636261224582012-02-27T17:26:00.000-08:002012-02-27T17:26:45.889-08:00TUJUAN LAYANAN BK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.</div><br />
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:<br />
<ul style="text-align: justify;"><li>Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.</li>
<li>Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.</li>
<li>Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.</li>
<li>Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.</li>
<li>Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.</li>
<li>Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat</li>
<li>Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.</li>
<li>Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.</li>
<li>Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.</li>
<li>Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.</li>
<li>Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.</li>
</ul><br />
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :<br />
<ul style="text-align: justify;"><li>Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.</li>
<li>Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.</li>
<li>Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.</li>
<li>Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.</li>
<li>Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.</li>
<li>Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.</li>
</ul><br />
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah<br />
<ul style="text-align: justify;"><li>Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.</li>
<li>Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.</li>
<li>Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.</li>
<li>Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.</li>
<li>Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.</li>
<li>Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.</li>
<li>Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.</li>
<li>Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.</li>
<li>Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.</li>
</ul><br />
</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-31179501194812775072012-02-15T19:06:00.001-08:002012-02-15T19:06:10.163-08:00Jenis-Jenis Pelayanan Bimbingan dan Konseling<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Dalam rangka pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa, diantaranya:<br />
• Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.<br />
• Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.<br />
• Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.<br />
• Layanan Penempatan dan Penyaluran;layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.<br />
• Layanan Konseling Perorangan;layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.<br />
• Layanan Bimbingan Kelompok;layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan<br />
• Layanan Konseling Kelompok;layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.<br />
• Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.<br />
• Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.<br />
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung, mencakup :<br />
• Aplikasi Instrumentasi Data;merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.<br />
• Himpunan Data;merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. <br />
• Konferensi Kasus;merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.<br />
• Kunjungan Rumah;merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.<br />
• Alih Tangan Kasus;merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.<br />
</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-80144863507041239712012-02-15T18:45:00.000-08:002012-02-15T18:50:53.347-08:00Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg7gakZSnWu-YvJ3HAI8MOJ_O21Fv9f1MF7KVDqKzgksylVc-uCHu5hfsRox4lbAdES7Ycxx0IzkzW_x5DHjk4ONzF0scBPjsoFVXUsnANG7BnOE0ggvFr2z35IYsJDyVJaokjcKdqzhik/s1600/n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg7gakZSnWu-YvJ3HAI8MOJ_O21Fv9f1MF7KVDqKzgksylVc-uCHu5hfsRox4lbAdES7Ycxx0IzkzW_x5DHjk4ONzF0scBPjsoFVXUsnANG7BnOE0ggvFr2z35IYsJDyVJaokjcKdqzhik/s200/n.jpg" width="196" /></a></div><div style="text-align: justify;">Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah:</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.</div><div style="text-align: justify;">• Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.</div><div style="text-align: justify;">• Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:</div><div style="text-align: justify;">1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).</div><div style="text-align: justify;">2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.</div><div style="text-align: justify;">3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.</div><div style="text-align: justify;">4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.</div><div style="text-align: justify;">5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.</div><div style="text-align: justify;">6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.</div><div style="text-align: justify;">Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.</div><div style="text-align: justify;">1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.</div><div style="text-align: justify;">2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.</div><div style="text-align: justify;">3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.</div><div style="text-align: justify;">4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.</div><div style="text-align: justify;">5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.</div><div style="text-align: justify;">6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.</div><div style="text-align: justify;">7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.</div><div style="text-align: justify;">8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.</div><div style="text-align: justify;">9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.</div><div style="text-align: justify;">10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.</div><div style="text-align: justify;">11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR RUJUKAN</div><div style="text-align: justify;">AACE. (2003). Competencies in Assessment and Evaluation for School Counselor. http://aace.ncat.edu</div><div style="text-align: justify;">Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).</div><div style="text-align: justify;">Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN</div><div style="text-align: justify;">Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge University Press.</div><div style="text-align: justify;">BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.</div><div style="text-align: justify;">Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook of School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall</div><div style="text-align: justify;">Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling. Belomont, CA: Brooks/Cole.</div><div style="text-align: justify;">Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2003). Dasar Standardisasi Profesionalisasi Konselor. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kepen-didikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.</div><div style="text-align: justify;">Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). (2005). The Professional Counselor Competencies: Performance Guidelines and Assessment. Alexandria, VA: AACD.</div><div style="text-align: justify;">Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model for School Counseling Programs. ASCA (American School Counselor Association).</div><div style="text-align: justify;">Comm, J.Nancy. (1992). Adolescence. California : Myfield Publishing Company.</div><div style="text-align: justify;">Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur Balitbang.</div><div style="text-align: justify;">Depdiknas, (2005), Permen RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,</div><div style="text-align: justify;">Depdiknas, 2006), Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,</div><div style="text-align: justify;">Depdiknas, (2006), Permendiknas no 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL,</div><div style="text-align: justify;">Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The Educational Resources Information Center.</div><div style="text-align: justify;">Gibson R.L. & Mitchel M.H. (1986). Introduction to Counseling and Guidance. New York : MacMillan Publishing Company.</div><div style="text-align: justify;">Havighurts, R.J. (1953). Development Taks and Education. New York: David Mckay.</div><div style="text-align: justify;">Herr Edwin L. (1979). Guidance and Counseling in the Schools. Houston : Shell Com.</div><div style="text-align: justify;">Hurlock, Alizabeth B. (1956). Child Development. New York : McGraw Hill Book Company Inc.</div><div style="text-align: justify;">Ketetapan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Nomor 01/Peng/PB-ABKIN/2007 bahwa Tenaga Profesional yang melaksanakan pelayanan professional Bimbingan dan Konseling disebut Konselor dan minimal berkualifikasi S1 Bimbingan dan Konseling.</div><div style="text-align: justify;">Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional</div><div style="text-align: justify;">Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.</div><div style="text-align: justify;">Michigan School Counselor Association. (2005). The Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program. </div><div style="text-align: justify;">Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle Schools. Madison : Brown & Benchmark.</div><div style="text-align: justify;">Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.</div><div style="text-align: justify;">Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.</div><div style="text-align: justify;">Pikunas, Lustin. (1976). Human Development. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha,Ltd.</div><div style="text-align: justify;">Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2003). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Balitbang Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Tugas Perkembangan Peserta didik dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan dan Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasahdrasah (Laporan Riset Unggulan Terpadu VIII). Jakarta : Kementrian Riset dan Teknologi RI, LIPI.</div><div style="text-align: justify;">Syamsu Yusuf L.N. (2005). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah. Bandung : CV Bani Qureys.</div><div style="text-align: justify;">——–. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya.</div><div style="text-align: justify;">——–.dan Juntika N. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.</div><div style="text-align: justify;">Stoner, James A. (1987). Management. London : Prentice-Hall International Inc.</div><div style="text-align: justify;">Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional</div><div style="text-align: justify;">Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen</div><div style="text-align: justify;">Wagner William G. (1996). “Optimal Development in Adolescence : What Is It and How Can It be Encouraged”? The Counseling Psychologist. Vol 24 No. 3 July’96.</div><div style="text-align: justify;">Woolfolk, Anita E. 1995. Educational Psychology. Boston : Allyn & Bacon</div></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-24565607611027006272012-02-15T18:28:00.000-08:002012-02-15T18:42:40.571-08:00Bimbingan Konseling Menurut Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjex5JJcMzhlHtWCGBZNYV-SOjHkTb1ScAxNY5_dH6rZf-_KwiNbZG-eEZyXGm4JjO_ryY-MwtPZchkviGSrlflaDUytzEGZrBTbIlFeC5_1XedkYqIpr6sCph2d_0O2u_aTuOc0NKV4GvZ/s1600/d.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjex5JJcMzhlHtWCGBZNYV-SOjHkTb1ScAxNY5_dH6rZf-_KwiNbZG-eEZyXGm4JjO_ryY-MwtPZchkviGSrlflaDUytzEGZrBTbIlFeC5_1XedkYqIpr6sCph2d_0O2u_aTuOc0NKV4GvZ/s200/d.jpg" width="191" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya.” (Al Hajj : 46)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Pendidikan agama harus diimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.</div><div style="text-align: justify;"> Menurut pendapat para ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian.</div><div style="text-align: justify;"> Dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan demi nafs dan yang menciptakannya, maka diilhamkan-Nya kepada jiwa tersebut kefasikan dan ketakwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya” (Asy-Syam:7-10)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling</div><div style="text-align: justify;">Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :</div><div style="text-align: justify;">“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?” </div><div style="text-align: justify;">Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi. </div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :</div><div style="text-align: justify;">1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif.</div><div style="text-align: justify;">2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social.</div><div style="text-align: justify;">3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu.</div><div style="text-align: justify;">Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.</div><div style="text-align: justify;">“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.</div><div style="text-align: justify;">Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.</div><div style="text-align: justify;">2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.</div><div style="text-align: justify;">3. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.</div><div style="text-align: justify;">4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.</div><div style="text-align: justify;">5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”</div><div style="text-align: justify;">6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”</div><div style="text-align: justify;">Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, bebarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamaya, dalam hal ini Agama Islam.</div><div style="text-align: justify;">Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konselingdan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Daftar Pustaka</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ.Jakarta : Penerbit Arga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami</div></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-89713956150870725772012-02-15T03:56:00.000-08:002012-02-15T03:56:01.285-08:00Pentingnya Ilmu Pengetahuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">BAB 1</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">PENDAHULUAN</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.1. Latar Belakang</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islam adalah ilmu yang bersandar kepada ilmu pengetahuan yang cukup ,dan amal yang sempurna .Hal ini telah di buktikan oleh ulama islam dahilu-dahulu kala ,namun karena bumi beredar ,zaman beralih dan hari pun berganti ,maka pewaris –pewaris kedaulatan islam yang besar ,secara berangsur-angsur meninggalkan jejak danmenyimpang dari jalan yang telah dirintis oleh pahlawan-pahlawan islam yang berpedoman kepada kitabullah dan sunah Rasul-Nya,maka umat Islam tersesat dari jalan yang lempang . karena mereka pada umumnya tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi .Mereka tidak mampu lagi menduduki martabat yang tinggi dan tidak sanggup lagi melaksanakan tugasnya yang mulia , mereka digantikan oleh orang-orang barat yang lebih mampu dan lebih cakap dari mereka .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="more"></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
<br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Umat islam kini berguru pada bekas muridnya ,mereka menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia barat ,menuruti tingkah laku , pola berpikir dan tradisi orang barat itu . Bukankah ini suatu bukti yang nyata ,bahwa umat islam telah menyimpang dari kebenaran .Mereka lalai dari kewajibannya untuk memperhatikan dan menyelidiki apa yang telah diciptakan Allah dibumi dan dilangit maaupun diantara keduanya . Karena kebodohan ,musnahlah segala kesenangan dan kemewahan ,berganti dengan kesengsaraan dan kehinaan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1.2. <b>Rumusan Masalah</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Apa definisi dari pada ilmu </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan al-Quran</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">?</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Apa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> pengertian dari agama</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">?</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Bagaimana hubungan antara ilmu dengan agama?</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1.3. <b>Tujuan Masalah</b></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Ingin mengetahui definisi dari pada ilmu </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan Al-Quran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Ingin mengetahui definisi dari pada </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Agama.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Ingin mengetahui bagai mana hubungan antara ilmu dengan agama.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">BAB II</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">PEMBAHASAN</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1 </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengertian Ilmu</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu berasal dari bahasa Arab "Alima"<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref1"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[1]</span></a> yang bererti mengetahui atau perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sebenarnya. Menurut Bahasa Inggris pula ilmu umumnya diartikan sebagai sains. Perkataan ilmu pada hakikatnya seringkali dikaitkan atau sinonim dengan pengetahuan. Ini kerana pada hakikatnya ilmu dan pengetahuan mempunyai arti yang sama walaupun mungkin berbeda dari segi penggunaannya. Perkataan ilmu biasanya ditemui dalam bahasa yang lebih khusus dan bersistem manakala perkataan pengetahuan hanyalah untuk masalah umum saja.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu dari segi Istilah adalah Segala pengatahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan alam ciptaannya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam zaman moderen ini pengertian ilmu telah disempitkan kepada pengetahuan maklumat dan kemahiran saja. Dalam pengertian negara-negara barat, ilmu hanyalah merujuk kepada pengenalan atau persepsi yang jelas tentang fakta. Fakta pula merujuk kepada perkara-perkara yang boleh ditanggapi oleh pancaindera yang nampak dan bersifat empiris. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islam telah menghimpun antara agama dan ilmu. Tidak ada pertentangan antara agama dan ilmu kerana dalam Islam, agama itu sendiri adalah ilmu dan ilmu adalah agama. Ilmu menurut perspektif Islam dekenali sebagai sifat, proses dan hasil. Manakala istilah ilmu dalam Islam merangkumi pelbagai perkara iaitu Al-Quran, Syariah, Sunnah, Iman, Ilmu Kerohanian, Hikmah, Ma’rifat, Pemikiran, Sains dan Pendidikan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu merupakan teras dalam sistem agama Islam dan menduduki tempat yang tertinggi. Penekanan kepada ilmu dalam ajaran Islam jelas terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Penekanan kepada pembacaan sebagai aset terpenting dalam usaha menimba keilmuan dan pengiktirafan Allah SWT sebagai sumber tertinggi ilmu pengetahuan manusia sebagaimana wahyu yang terawal yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu pengetahuan merupakan syarat terpenting bagi pembangunan bangsa yang kuat dan dihormati. Setiap perkara di dunia ini harus disandarkan kepada ilmu seperti iman dan perkara keagamaan, ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.2 Manfaat Ilmu</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan sesuatu bangsa di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada sesuatu bangsa. Ini kerana ilmu akan mengangkat derajat seseorang atau sesuatu bangsa itu ke arah kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kepentingan ilmu ini telah diakui sendiri oleh Rasulallah SAW melalui wahyu dan ilham yang disampaikan kepada baginda yang mana ilmu sangat penting untuk kemajuan sesuatu bangsa.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah kebahagian hidup di dunia dan di akhirat serta memberikan kekuatan ketika dalam kesusahan dan ketika berhadapan dengan musuh. Ilmu agama atau ilmu yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-sunnah akan menjadi benteng yang dapat mencegah seseorang itu dari melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh syariat, dapat menolak kejahilan dan kebodohan sama ada dalam perkara agama atau dalam mengejar kebendaan duniawi. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ber</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">bagai jenis ilmu yang dituntut seperti ilmu kedokteran, ilmu pertanian, dan sebagainya yang dapat membantu kemaslahatan hidup manusia di dunia. Orang yang berilmu dapat mendekatkan dirinya dengan Allah kerana ilmu merupakan jalan menuju kebahagian di akhirat. Di antara kepentingan-kepentingan ilmu dapat dijelaskan di sini ialah :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -19pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1) </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu dapat membentuk keperibadian yang baik dan menjadikan seseorang itu bertaqwa dan cinta Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah dalam l-Quran yang bermaksud : "Sesungguhnya yang takutkan Allah daripada hambanya ialah orang-orang yang berilmu" (al-Fathur: 28)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -19pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Ilmu dapat meninggikan dan membedakan taraf dikalangan manusia. Firman Allah SWT yang artinya: "Katakanlah adakah sama orang-orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya mereka yang mendapat peringatan dan petunjuk hanyalah di kalangan hambanya yang berilmu dan bijaksana" (al-Zumar : 9)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3) Ilmu dapat mengangkat derajat seseorang kepada derajat yang tinggi di sisi Allah dan masyarakat. Firman Allah yang bermaksud : "Allah mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan" (al-Mujadalah : 11 )</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4) </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan ilmu manusia dapat menjalankan tugas ibadah dan dapat melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 19.3pt 6pt 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 19.3pt 6pt 36pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.3 Kedudukan Ilmu</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan walaupun sampai ke negeri Cina, tiada satu agama atau ajaran di dunia ini sejak dahulu hingga sekarang yang dapat menandingi Islam dari segi pengutamaan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dibuktikan melalui wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasullah SAW yang menitikberatkan ilmu pengetahuan. Firman Allah dalam surah Al-Alaq ayat 1 - 5 yang artinya :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (sekalian makhluk). Ia telah menciptakan manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu amat pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tiada diketahuinya".</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesimpulan dari ayat tersebut adalah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a) Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca sebagai proses pengenalan, pengamatan, pengingatan dan pemikiran.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b) Allah SWT memerintahahkan manusia supaya berfikir tentang kejadian alam yang mana segala tanda-tanda yang ada pada kejadian alam adalah sumber ilmu pengetahuan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islam adalah agama yang mementingkan ilmu pengetahuan, dan Islam juga mewajibkan supaya umatnya menuntut ilmu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adapun dalil-dalil yang menekankan kewajiban menuntut ilmu yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a) Sabda Rasulallah SAW yang artinya "menuntut ilmu menjadi kewajiban atas setiap umat Islam"</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b) Sabda Rasulallah SAW yang artinya "Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad".</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c) Sabda Rasulallah SAW yang artinya "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina".</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu pengetahuan juga dapat dikaitkan dengan ibadah karena menuntut ilmu merupakan ibadah yang diberi pahala oleh Allah SWT. Banyak dalil dari Al-Quran dan hadits yang menceritakan tentang kelebihan menuntut ilmu diantaranya :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a) Firman Allah SWT yang artinya : "Barangsiapa yang memudahkan satu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkannya satu jalan menuju ke Syurga".</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b) Sabda Rasullalah SAW yang artinya : " Ilmu itu ibarat gudang dan anak kuncinya adalah pertanyaan, dari itu bertanyalah! sesungguhnya setiap kali ada yang bertanya, ada 4 golongan yang diberi pahala iaitu : yang bertanya, yang ditanya, yang mendengar dan yang mengintai mereka."</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c) Sabda Rasullah yang bermaksud : " Sekiranya anda keluar ada waktu pagi untuk memepelajari satu bab dari ilmu adalah lebih baik daripada anada solat 100 rakaat".</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d) Firman Allah yang bermaksud :" Diangkat oleh Allah orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa darjat".</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.4. Hubungan antara ilmu dan agama </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref2"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[2]</span></a>. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (aqidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macamilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam)sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref3"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[3]</span></a>. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit (Qardhawi, 1997). Dahulu Ratu Isabella (Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amerika oleh Columbus (?). Lalu di abad XIX Orang Eropa perlu 2 minggu untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan (Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu 17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat terbang, kita hanya perlu 12 jam saja. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.Pada tahun 1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim bibinya setelah dua tahun ibunya (bernama Luigi) meninggal. Ovum dan sperma orang tuanya yang asli, ternyata telah disimpan dan kemudian baru dititipkan pada bibinya, Elenna adik Luigi (Kompas, 16/01/1995). Bayi tabung di Barat bisa berjalan walau pun asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri (Hadipermono, 1995). Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja(Bakry, 1996). Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologiinternet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime)dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin? Sejauh manakah agama Islam dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam dalam perkembangan dan pemanfaatan teknologi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">tersebut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientificmethod) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri,1986). Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah)hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem pidana) (An-Nabhani, 2001).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, ber</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma (Lihat Yahya Farghal, 1990:99-119)<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref4"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[4]</span></a> :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din =91 an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik.Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tapi ternyata banyak ayat Bible yang Contohnya,menurut ajaran gereja yang resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat berdasarkan penemuanilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelayaran Magellan. Dalam Bible dikatakan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian daripada itu, aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penuru angin bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut, atau di pohon-pohon. (Wahyu-Wahyu).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kalau konsisten dengan teks Bible, maka fakta sains bahwa bumi bulat tentu harus dikalahkan oleh teks Bible (Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi Sekular-Liberal, www.insistnet.com). Ini tidak masuk akal dan problematis. Maka, agar tidak problematis, ajaran Kristen dan ilmu pengetahuan akhirnya dipisah satu sama lain dan tidak boleh saling intervensi.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigm sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (inexist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartle world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">um of the people.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat) [Lihat Karl Marx,Contribution to The Critique of Hegel Philosophy of Right termuat dalam On Religion, 1957:141-142) (Ramly, 2000:165-166)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994:112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000:110).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannyaberdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya) :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995:81).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu (Yahya Farghal, 1994:117). </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Firman Allah SWT (artinya) :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (QS An-Nisaa` [4] : 126)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(QS Ath-Thalaq [65] : 12)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW (w. 632 M) yang meletakkan Aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref5"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[5]</span></a>. Beliau mengajak memeluk Aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya dari suatu peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Orang-orang berkata.Gerhana matahari ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim.Maka Rasulullah SAW segera menjelaskan :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengannya Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya (HR. Al-Bukhari dan An-Nasa`i) (Al-Baghdadi, 1996:10</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan Aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam Al-Qur`an (artinya) :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.(QS Ali =Imran [3] :190)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan iptek Dunia Islam antara tahun 700 - 1400 M. Pada masa inilah dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi (w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi (Tentang kejayaan iptek Dunia Islam lihat misalnya M. Natsir Arsyad, 1992; Hossein Bahreisj, 1995; Ahmed dkk, 1999; Eugene A. Myers 2003; A. Zahoor, 2003; Gunadi dan Shoelhi, 2003).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.5. Pengertian Al-Quran</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Quran berasal dari kata Qara’a (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قرأ</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) memiliki erti mengumpulkan dan menghimpun<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref6"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[6]</span></a>. Qira’ah (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قراءة</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) bererti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ungkapan kata yang indah. Al-Quran asalnya sama dengan qira’ah, iaitu akar kata (masdar) daripada qara’a, qira’atan wa qur’anan .Sebahagian ulama berpendapat, kata al-Quran itu pada asalnya tidak berkhamzah, mungkin kerana ia dijadikan sebagai satu nama bagi sesuatu wahyu yang diturunkan kepada Nabi s.a.w. bukan yang diambil daripada qara’a, atau mungkin juga kerana ia berasal daripada kata qurina asy-syai’u bisy-syai’i (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بالشىء الشىء قرن</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) yang bererti membandingkan sesuatu dengan lainnya, atau juga berasal dari kata qara’in (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قرائن</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>), kerana ayat-ayatnya saling menyerupai. Maka bererti huruf nun yang ada di akhir kalimat itu tulen. Namun pendapat ini masih dianggap kurang sahih, yang sahih adalah pendapat yang pertama.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Quran memang sulit apabila diartikan dengan definisi-definisi secara akal yang memiliki berbagai jenis, bagian-bagian dan ketentuan-ketentuannya yang khas, yang mana dengannya penta’rifannya dapat diartikan secara tepat. Tetapi harus dihadirkan dalam fikiran atau realiti yang dapat dirasa, misalnya anda memberikan isyarat mengenainya dengan sesuatu yang tertulis dalam mushaf atau yang terbaca dengan lisan, lalu anda katakan al-Quran adalah apa yang ada diantara dua kitab, atau anda katakan al-Quran adalah yang berisi perkataan bismillahhirrahmanirrahim, Alhamdulillah…(al-fatihah) hingga min al-jinnati wa an-nas, dalam surah an-nas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para ulama’ menyebutkan definisi yang khas, berbeza dengan lainnya bahawa al-Quran adalah kalam Allah atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan lafadz dan makna yang membacanya menjadi suatu ibadah. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka kata “kalam” yang termaktub dalam ta’rif tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakupi seluruh jenis kalam. Ia disebut kalamullah sebab disandarkan kepada Allah yang menunjukkan secara khas sebagai firman-Nya, bukan kalam (kata-kata) manusia, jin dan malaikat.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kalimat “al-munazzal” (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">المنزل</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) (yang diturunkan), berarti tidak termasuk kalam-Nya yang sudah khas menjadi milikNya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.6. Pengertian Agama</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata agama. Namun akan sedikit sulit mendefenisikan pengertian agama itu sendiri. Hal tersebut diakui sendiri oleh Mukti Ali, salah seorang pakar ilmu perbandingan agama di Indonesia yang mengatakan; “<i>Barangkali tak ada kata yang paling sulit</i> <i>diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata agama.”</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut Mukti Ali<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref7"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[7]</span></a>, terdapat tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam menanggapi statemen tersebut. <i>Pertama</i> karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. <i>Kedua</i> barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang <i>ketiga</i> konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama. Mohammad Natsir pernah mengatakan agama adalah hal yang disebut sebagai <i>problem of ultimate concern,</i> suatu problem kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan soal agamanya maka ia tidak dapat tawar menawar. Namun begitu bukan berarti agama tidak dapat diberikan pengertian secara umum. Dalam memberikan defenisi tersebut, para ahli menempuh beberapa cara; <i>Pertama</i> dengan menggunakan <i>analisis etimologis</i>, yaitu menganalisis konsep bawaan dari kata agama atau kata lainnya yang digunakan dalam arti yang sama. <i>Kedua, analisis deskriptif</i>, menganalisis gejala atau fenomena kehidupan manusiasecara nyata.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berbicara mengenai agama maka terdapat tiga padanan kata yang semakna dengannya yaitu religi, <i>al-din</i> dan agama. Walaupun sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa ketiganya berbeda satu sama lainnya seperti pendapat Sidi Gazalba dan Zainal Arifin Abbas<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref8"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[8]</span></a> yang mengatakan <i>al-din</i> lebih luas pengertiannya daripada religi dan agama. Agama dan religi hanya berisi hubungan manusia dengan Tuhan saja sedangkan <i>al-din</i> berisi hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan menurut Zainal Arifin Abbas, kata <i>al-din</i> (memakai awalan <i>al-ta’rif</i>) hanya ditujukan kepada Islam saja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sedangkan pendapat yang mengatakan ketiga kata diatas mempunyai makna sama seperti pendapat <span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: black;">Endang</span><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white;"> <span style="color: black;">Saifuddin</span> <span style="color: black;">Anshari</span></span> dan Faisal Ismail. Perbedaan hanya terletak pada segi bahasanya saja. Kemudian secara etimologis agama berasal dari bahasa sanskerta, masuk dalam perbendaharaan bahasa Melayu (nusantara) dibawa oleh agama Hindu dan Budha. Pendapat yang lebih ilmiah, agama berarti <i>jalan</i>. Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan yang menunjukkan darimana, bagaimana dan hendak kemana hidup manusia di dunia ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Religi berasal dari kata <i>religie</i> (bahasa Belanda) atau <i>religion</i> (bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang menjajah bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Din</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> berasal dari bahasa Arab yang berarti undang-undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan dan akan mendapat hukuman atau balasan jika ditinggalkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi, <i>din</i>): <i>(1)</i> merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. (3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah <i>din</i>. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah <i>din</i> seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Konsep <i>din</i> dalam Al-Qur’an diantaranya terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3 yang mengungkapkan konsep aturan, hukum atau perundang-undangan hidup yang harus dilaksanakan oleh manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama itu Islam. Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah manusia dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat As-Syura ayat 13 mengungkapkan <i>din</i> sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh Allah. Dalam surat As-Syura ayat 21 <i>Din</i> juga dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang dianggap Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena <i>din</i> dalam ayat tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka konsep <i>din</i> berkaitan dengan konsep syariat. Konsep syariat pada dasarnya adalah “jalan” yaitu jalan hidup manusia yang ditetapkan oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan atau undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat 30, konsep agama juga berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu konsep yang berhubungan dengan penciptaan manusia. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.7 Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram.Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996:12).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat QS An-Nisaa` [4] :126 dan QS Ath-Thalaq [65] :12), bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh [71] : 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushshilat [41] : 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam ini (Lihat Al-Baghdadi, 2005:113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang dikembangkan,harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin(Zallum, 2001). Firman Allah SWT (artinya) :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani). (QS As-Sajdah [32] : 7)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.(QS Al-Hujuraat [49] : 13)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadits hanyalah standar iptek, dan bukan sumber iptek, adalah bahwa umat Islam boleh mengambi iptek dari sumber kaum non </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">S</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">muslim (orang kafir). Dulu Nabi SAW menerapkan penggalian parit di sekeliling Madinah, padahal strategi militer itu berasal dari tradisi kaum Persia yang beragama Majusi. Dulu Nabi SAW juga pernah memerintahkan dua sahabatnya memepelajari teknik persenjataan ke Yaman, padahal di Yaman dulu penduduknya adalah Ahli Kitab (Kristen). Umar bin Khatab pernah mengambil sistem administrasi dan pendataan BaitulMal (Kas Negara), yang berasal dari Romawi yang beragama Kristen. Jadi, selama tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam, iptek dapat diadopsi dari kaum kafir.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.8. </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Standar Pemanfaatan Iptek dalam Syariah Islam</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" name="_ftnref9"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4222740384176505827&postID=8971395615087072577&from=pencil" title=""><span style="color: blue;">[9]</span></a>, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Antara lain firman Allah (artinya) :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (QS An-Nisaa` [4] : 65)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya,(QS Al-raaf [7] : 3)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sabda Rasulullah SAW :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Atasnya, maka perbuatan itu tertolak. (HR Muslim)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Standar pemanfaatan iptek menurut mereka adalah manfaat, apakah itu dinamakan pragmatisme atau pun utilitarianisme. Selama sesuatu itu bermanfaat, yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan iptek secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmuyang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secarahakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagimanusia. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAB III</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">PENUTUP</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.1. Kesimpulan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu dari segi Istilah : Segala pengatahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah s.w.t yang diturunkan kepada Rasul-rasulnya dan alam ciptaannya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah <i>din</i>. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah <i>din</i> seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin? Sejauh manakah agama Islam dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam dalam perkembangan dan pemanfaatan teknologi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">tersebut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="http://khazalii.googlepages.com/"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">http://khazalii.googlepages.com</span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> di akses pada tgl:23-12-2008 jam 20.30 wib</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ahmed, Shabir et.al. 1999. <i>Islam dan Ilmu Pengetahuan</i>. Bangil : Al-Izzah. Hal:31</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Farghal, Hasan. 1994.Pokok <i>Pikiran Tentang Hubungan Ilmu Dengan Agama Dalam AbdulHamid Abu Sulaiman. Permasalahan Metodologis Dalam Pemikiran Islam</i>. Jakarta</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> hal:68</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Myers, Eugene A.2003<i>. Zaman Keemasan Islam Para Ilmuwan Muslim dan Pengaruhnya </i>, ibid ;Jakarta </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hal:62</span></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-43957592402889839792012-02-15T03:43:00.000-08:002012-02-15T03:51:51.781-08:00Implikasi Paedagogis Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 54 Tentang Sifat-sifat Pendidik. (Analisis Ilmu Pendidikan Islam)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">BAB I</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">PENDAHULUAN</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Latar Belakang Masalah</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka, yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak diturunkan hanya untuk satu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa, karena itu luas ajaran-ajarannya adalah sama dengan luas umat manusia.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ajaran-ajarannya begitu luas serta ditujukan kepada umat manusia perikehidupan yang bagaimanapun juga, kepada kaum yang masih dalam keadaan primitif, maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang tinggi, bagi orang yang kaya maupun orang miskin, yang pandai maupun yang bodoh.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Quraisy Shihab (1999:172) mengatakan bahwa Al-Qur’an telah mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuk itu bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dengan demikian selayaknya bahkan keharusan bagi umat Islam untuk selalu berpegang kepada Al-Qur’an. Barang siapa diantar mereka yang berpegang pada Al-Qur’an, maka kehidupannya tidak akan sesat, sebagaimana hadits Nabi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">sebagai berikut :</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">عن كثـيربن عبـد الله عن أبيه عن جـده رضي الله عنه قال : قال رسـول الله صلى الله عليه وسـلم : تركت فيـكم أمرين لن تضلوا ماتمسـكتم بهما كتاب الله وسـنّة رسـوله. (رواه عبد البر )</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">"</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dari Katsir bin Abdillah, dari ayahku, dari kakeknya r.a., belaiu berkata : Rasulullah saw, bersabda : “Saya telah meninggalkan kepada kalian duau perkara. Kalian tidak akan sesat, selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu : Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Barri). (Abu Bakar Muhammad, 1997:xiv)</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 42.55pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dengan sengkat kata Al-Qur’an ditujukan bagi semua lapisan masyarakat meliputi segala lapangan kegiatan manusia, termasuk di dalamnya adalah masalah yang berkenaan dengan pendidikan dan lapangan pendidikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pendidikan tercipta bilamana lengkap dengan segala sesuatu yang mendukungnya. Pendidik, peserta didik, kurikulum adalah salah satunya dari berbagai komponen-komponen pendidikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pendidik, yang masyhur dengan sebutan guru, merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah pendidikan, bagaimana bisa terciptanya pendidikan bilamana tak ada pendidik atau guru. Karena dalam pendidikan, seseorang bisa disebut pendidik bilamana ada peserta didiknya, dan demikianpun sebaliknya seseorang bisa disebut peserta didik bilamana ada yang mendidiknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Nana Sudjana (1995:12) mengatakan bahwa kehadiran guru dalam proses pendidikan atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan penting guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang telah diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang tepikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru (Zakiyah Darajat, dkk, 1996:39).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik sebagai sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena peserta didik sedang ada pada masa pembentukan kepribadian yang menentukan bagi perkembangan selanjutnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mengingat peranan yang begitu penting, maka guru dituntut agar memiliki kemampuan yang memadai melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, baik yang menyangkut kemampuan membimbing maupun melatih peserta didik. Dengan kemampuan itu, pendidik dapat membantu peserta didik lebih baik dalam mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual (Syamsu Yusup, 1993:1).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Zakiyah Darajat(1996:42) mengatakan bahwa budi pekerti sangat penting </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">dalam pendidikan watak murid, menjadi suri tauladan, karena anak-anak suka meniru apa yang dilihat. Dan antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak baik pada anak, dan ini hanya jika guru berakhlak baik pula.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Disamping itu, pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembinaan akhlak seseorang, karena pendidikan turut mematangkan kepribadian seseorang sehingga tingkah lakunya sesuai pendidikan yang diterimanya. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran yang disampaikan sangat bergantung pada proses belajar siswa selaku peserta didik. Salah satu ciri dari hasil belajar itu ditandai dengan adanya perubahan-perubahan tingkah laku yang salah satunya dimanifestasikan dalam bentuk budi pekerti atau akhlak (Usman Effendi dan Juhayqa S. Oraja, 1959:11).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Dengan demikian pendidikan Islam yang merupakan usaha untuk membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam yang dihubungkan. Zakiyah Darajat (1996:19) mengatakan landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-masalah, al-mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagaiman dokemukakan di awal, bahwa Al-Qur’an merupakan peninggalan yang diamanatkan oleh Nabi kepada manusia untuk selalu berpegang kepadanya. Dengan berpegang pada Al-Qur’an dijamin hidup tidak akan sesat, di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsif-prinsif yang</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu, baik yang menyangkut masalah metode, materi, kurikulum dan sebagainya. Salah satu contoh adalah QS. Lukman ayat 12 yang menurut para pemikir Islam berisikan tentang materi pendidikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dari sekian banyak ayat Al-Qur’an, penulis ingin meneliti salah satu ayat, yang menurut hemat dan pandangan subyektif penulis dan kaitannya dengan masalah pendidikan yaitu surat Al-An’am ayat 54 yang artinya :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Apabila Orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang kepadamu maka katakanlah salamun-alaikum Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasannya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakan dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha pengempun lagi Maha Penyayang. (R.H.A Soenarjo, dkk, 1990:195)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam salah satu Asbab an-Nuzul, disebutkan bahwa ayat ini diturunkan sebagai teguran kepada Nabi ketika beliau enggan menerima/tidak mempedulikan orang yang pernah berdosa dan ingin memperbaikinya. Lalu Allah SWT memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada mereka Salamun’alaikum, dan ditambah pula dengan pembicaraan bahwa Allah mewajibkan atas dirinya kasih sayang, barang siapa yang berdosa karena ketidak tahuan kemudian ia bertaubat dan berbuat baik, makak Allah SWT Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (Wahbah al-Zuhaili, 1991:218).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ayat di atas sebenarnya ditujukan kepada Rosulullah saw., namun dalam</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kapasitas beliau sebagai pendidik umat maka ayat tersebut sangat berhubungan dengan dunia pendidikan Islam pada umumnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Melihat dari terjemahan, asbab nuzul, dan salah satu mufasir mengenai ayat ini, secara sepintas memberikan asumsi kepada penulis bahwa ayat di atas berkenaan dengan salah satu komponen pendidikan, yaitu pendidik. Lebih khususnya, ayat di atas berkenaan dengan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Seorang guru yang merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam, diharapkan menjadi sosok pribadi yang memiliki sejumlah atribut kepribadian yang dapat menempatkan sebagai panutan, teladan serta orang yang mempengaruhi positif siswa didiknya. Sikap dan perilaku harus mencerminkan pribadi seorang muslim. Sebagaimana halnya Rasulallah saw, yang mampu menunjukan dengan sempurna Al-Qur’an sebagai jiwa dan akhlak beliau. Bahkan Allah SWT sendiri telah memberikan kesaksian atas keluhuran akhlak Rasulallah saw., melalui firman-Nya surat Al-Qalam ayat 4 :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> <i>(R.H.A Soenarjo, dkk, 1990:960)</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dari hal-hal di atas, terdapat beberapa persoalan yang menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Secara logika tuntutan pendidikan untuk melahirkan out put berupa siswa didik yang memiliki integritas kepribadian yang baik berarti pula tuntutan terhadap guru pendidik untuk memiliki sejumlah atribut kepribadian yang baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bahwa Islam sebagai ajaran yang luhur dan mulia, bukan hanya berisi tentang ajaran mengenai peribadatan ritual, melainkan juga dasar-dasar konsepsional tentang pendidikan, termasuk di dalamnya nash-nash yang berkaitan dengan sifat-sifat pendidik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Para cendikiawan muslim dengan didasarkan pada nash-nash Al-Qur’an dan hadits berhasil menurunkan disiplin Ilmu Pendidikan Islam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam hubungan ketiga hal di atas itulah sesuatu yang menarik untuk dikaji sebagai salah satu bentuk penelitian ilmiah, yakni menggali konsep sifat pendidik dari nash Al-Qur’an dengan menggunakan Ilmu Pendidikan Islam sebagai pisau analisis. Dalam hal ini, nash yang akan digali adalah surat Al-An’am ayat 54.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pertanyaan-pertanyaan yang muncul disekitar topik tersebut antara lain bagaimana sifat guru yang dapat membantu lahirnya siswa didik yang berkepribadian baik? bagaiman tinjauan Ilmu Pendidikan Islam terhadap konsep sifat pribadi guru menurut Surat Al-An’am ayat 54 ?.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dengan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk lebih lanjut meneliti dan menela’ah isi, kandungan dan penafsiran ayat tersebut dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Selanjutnya permasalahan ini penulis rumuskan dalam sebuah judul penelitian <b>“Implikasi Paedagogis Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 54 Tentang Sifat-sifat Pendidik”. (Analisis Ilmu Pendidikan Islam).</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Perumusan Masalah</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dengan latar belakang yang diuraikan di atas, dari permasalahannya adalah bagaimana sifat-sifat yang mesti dimiliki oleh seorang pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan berdasarkan pada ayat Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 54 dari permasalahan ini penulis uraikan ke dalam tiga rincian masalah, yaitu :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bagaiman penafsiran </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;">فقل سلم</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span dir="LTR"></span> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;">غفوررّحيـم, الرّحمـة, </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;"><span dir="LTR"></span> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">dalam Al-Qur’an, Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 menurut penafsir ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bagaimana penafsiran Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 menurut para mufasir dan esensinya ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bagaimana analisis Ilmu Pendidikan Islam terhadap esensi QS Al-An’am ayat 54 tentang implikasi pedagogisnya ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Selain mendasarkan pada rincian permasalahan yang terurai ke dalam beberapa pertanyaan di atas, supaya lebih mempertegas arah pemaparan penelitian ini dan supaya lebih spesifik permasalahannya juga untuk menghindari kesalah pahaman, kekaburan serta sikap verbalistik, penulis merasa perlu untuk mengungkapkan sejumlah istilah yang berkenaan dengan judul skripsi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kata implikasi berasal dari kata bahasa Inggris <i>Implication,</i> dapat bermakna : maksud, pengertian, tersimpul di dalamnya, secara keterlibatan (John M. Echlos, Hasan Shadily, 1995:313). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989:327), implikasi diartikan dengan keterlibatan sesuatu untuk mengambil manfaat dan kepentingan dari sesuatu itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sedangkan istilah paedagogis dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada kaitannya dengan pendidikan atau sesuatu yang bersifat mendidik (Ngalim Purwanto, 1995:12). Jadi maksud keduanya adalah sejauhmana keterlibatan Al-</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Qur’an surat al-An’am ayat 54 dalam masalah pendidikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kata <i>sifat</i> dalam bahasa aslinya dari bahasa Arab, artinya abstrak yang menempati, menempel pada suatu yang berjismis atau memiliki ukuran, kata sifat memiliki beberapa pengertian, diantaranya : <i>Rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda. Peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada suatu benda, tabiat, dasar, watak dan ciri.</i> (Poerwadarminta, 1985:943).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pendidik adalah orang yang melaksanakan tugas untuk membimbing peserta didik. Ahmad Tafsir (1994:74), dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab akan perkembangan anak didik adalah kedua orang tua anak didik. Sedangkan menurut Nur Uhbiyati (1997:70). Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan individu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tujuan dan Kegunaan Penelitian</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Untuk mengetahui penafsiran </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;">فقل سلم</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span dir="LTR"></span> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;">غفوررّحيـم, الرّحمـة, </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 200%;"><span dir="LTR"></span> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 menurut penafsir ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Untuk mengetahui bagaimana penafsiran Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 menurut para mufasir dan esensinya ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Untuk mengetahui bagaimana analisis Ilmu Pendidikan Islam terhadap esensi QS Al-An’am ayat 54 tentang implikasi paedagogisnya ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Secara Teoritis :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi para pendidik tenteng tafsir Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pemikir bagi para pendidik terutama mengenai sifat-sifat pendidik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Secara Praktis :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dapat memberikan petunjuk tentang makna dan isi kandungan Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 untuk dijadikan pedoman bagi para pendidik dalam melaksanakan tugasnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dapat memberikan gambaran tentang kandungan Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 bila dihubungkan dengan sifat-sifat pendidik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kerangka Pemikiran</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pada dasarnya Islam mengajarkan agar pergaulan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan dengan baik, rukun dan damai. Oleh karena itu segala ajaran yang berhubungan denga akhlak pergaulan dilaksanakan. Sebaiknya segala hal yang dapat merusak pergaulan harus dijauhi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam hal ini Hamzah Ya’qub (1996:29) menyatakan bahwa Islam mengajarkan agar antara sesama umat (tetangga dalam masyarakat, di sekolah maupun di tempat lainnya) dibangun jembatan emas berupa kasih sayang <i>mahabbah</i> dan <i>mawaddah</i>. Karena itu idealnya pergaulan hidup manusia dengan sesamanya apalagi antar murid dengan murid atau murid dengan guru dalam suatu institusi pendidikan formal sebagai pokok ajaran Islam menduduki prioritas yang</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">utama wujud pengamalan agama. Proses pendidikan agama Islam idealnya dapat langsung menumbuhkan akhlak yang baik berupa menghormatan guru, menghargai teman dan memlihara kesucian jiwa dan lain sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Al-Qur’an adalah firman Allah SWT berupa wahyu, dan merupakan pedoman hidup bagi setiap insan muslim yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan ajaran amal perbuatan. Ini menunjukan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat), denga alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan untuk membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah : </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah SWT,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Muamalah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah SWT,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan (Zakiyah Darajat, dkk, 1996:20).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pendidikan termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak bentuk amal dan bentuk kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari persoalan penanaman nilai-nilai oleh seorang pendidik. Oleh karena itu pendidik dalam kondisi apapun tidak hanya sebagai pengajar, tetapi benar-benar sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu diharapkan anak didik tumbuh kesadaran dan kemampuannya untuk mempraktekan segala sesuatu ang sudah dipelajari.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pendidik tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupan setiap individu, baik sebagai makhluk individual, etnis maupun makhluk sosial. Tiap-tiap individu akan tumbuh dan berkembang cepat atau lambat dalam lingkungan yang terus berubah ditentukan antara lain oleh kemampuan pendidik memahami tujuan yang akan dicapainya, juga pemahaman keadaan anak didik yang dihadapi dengan latar belakangnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Al-Ghazali menyebutkan dalam kitabnya Ihya Ulumudin, mengenai keutamaan ilmu dan pendidikan. Diterangkan keutamaan ahli ilmu dan ulama dengan merujuk pada Al-Qur’an, sunah Nabi dan fatwa para filosof dan cendikiawan. Hal ini diulang-ulang oleh Al-Ghazali dalam rangka mengukuhkan ketinggian ulama, beliau mengatakan : ”Sebaik-baiknya makhluk di atas bumi ini adalah manusia dan sebaik-baiknya tubuh mannusia adalah hati. Sedang guru berusaha untuk menyempurnakan, membersihkan dan mengarahkan untuk mendekatkan diri pada Allah ‘azza wajala. Maka mengajarkan ilmu adalah salah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">satu bentuk ibadah dan termasuk memenuhi tugas kekhalifahan di bumi, bahkan merupakan tugas kekhalifahan yang paling utama. Allah SWT telah membukakan hati seorang yang pandai (alim) suatu pengetahuan yang merupakan sifat-Nya yang paling istimewa. Dengan demikian ia merupakan penyimpanan khazanah harta yang paling mulia (Fathiyah, 1990:18).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Denikian tinggi martabat dan orang yang berilmu juga orang yang mengajarkan ilmu itu. Allah SWT menemui secara langsung orang yang memiliki ilmu dengan firman-Nya :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span>.....Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat......” (R.H.A Soenarjo, dkk, 1990:911)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Namun demikian, ketinggian derajat ini harus ditunjang dengan akhlak yang baik. Karena walaupun seseorang berilmu tinggi tetapi akhlaknya buruk maka derajatnya tidak akan tinggi. Dalam sebuah hadits dikatakan :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">الناس هلكى إلا العالمون, والعالمون هلكى إلاالعاملون والعالمون هلكى إلاالمخلصون, والمخلصون على خطر عظيم الحديث</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span>“Manusia itu celaka kecuali yang berilmu harus mau mengamalkan juga lkhlas dalam beramal, dan orang yang beramalpun celaka kecuali orang yang ikhlas, dan orang ikhlas pun ada dalam kekhawatiran yang besar”. (Hasan Al-Kafrawi, tt:104)</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Hadits tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang berilmu harus mau mengamalkan dengan ikhlas dan beramal. Hubungan dengan pendidik adalah bahwa pendidik merupakan seorang yang sedikit punya kelebihan ilmu dibanding yang lain, sehingga ia pantas memiliki jabatan guru. Namun demikian, ia mesti </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">ikhlas dalam menjalankan tugasnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Tidak hanya ikhlas saja yang harus dimiliki seorang pendidik, melainkan maih banyak sifat yang mesti dimilikinya. Zakiyah Darajadjat menyebutkan ada delapan point akhlak yang dimiliki seorang pendidik, diantaranya : mencintai jabatan, bersikap adil, berlaku sabar, bewibawa, bergembira, manusiawi, bekerja sama dengan guru lain dan juga bekerja sama dengan masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Al-Ghazali (Fathiyah, 1990:43) berpendapat, seorang guru yang sempurna akalnya, terpuji budi pekertinya dan layak menjadi pengemban tugas guru secara umum harus memiliki sifat-sifat khusus atau menanggung tugas-tugas tertentu yang harus diemban. Kemudian beliau memperinci sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru ke dalam delapan point. Salah satu dari keelapan point tersebut beliau menyebutkan bahwa kerja mengajar dan membimbing adalah tugas seorang guru, maka sifat yang harus dimiliki adalah kasih sayang dan lemah lembut. Pergaulan murid dengan dirinya dan akan melahirkan sikap percaya pada diri sendiri dan rasa tentram bersama gurunya. Hal ini sangt membantu perolehan pengetahuan sebanyak-banyaknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Dengan demikian sangatlah jelas bahwa bagi seorang guru di samping mempunyai keahlian dalam bidangnya, sebagaimana dikenal dengan kompensasi guru, juga harus memiliki sifat-sifat yang mendukung akan keberhasilan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">pengajarannya itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">E.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Langkah-langkah Penelitian</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Prosedur penelitian yang akan ditempuh dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Menetukan jenis data</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data yang dipergunakan adalah <i>data lunak</i>, yang berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. (Mohamad Ali, 1993:167).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Data yang dikumpulkan penulis mencakup data-data tentang masalah yang akan dibahas yakni implikasi paedagogis Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 54 tentang sifat-sifat pendidik. Data ini meliputi jenis data untuk penafsiran, jenis data mengenai ilmu pendidikan yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan data-data sebagai penunjang dalam memberikan implikasi dan kesimpulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Menetukan sumber data</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data-data tertulis. Menurut Suharsimi Arikunto (1993:102) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah objek dari mana data diperoleh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Untuk jenis data yang berkaitan dengan masalah penafsiran, asbab nuzul sebagai berikut : <i>Tafsir al-Manar (Rasyid Ridha), Tafsir Munir (Wahhab al-Zuhaeni), Tafsir Qosimi (Muhammad Jalaludin al-Qasimi), Aisar Tafasir (Abu Bakar al-zajani), Al-Tibyan Fii Tafsir Al-Qur’an (Abu Ja’far Muhamad Ibn Hasan), Tafsir al-Bahkrul Muhit (Muhamad Ibn Yusuf), Tafsir al-Mawardi, Sowal al-Tafsir (Muhamad Ali Asobuni).</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Adapun untuk jenis data yang berkaitan dengan pembahasan sifat-sifat guru, penulis menggunakan sumber data dengan buku-buku ilmu pendidikan islam. Diantara buku-buku yang berjudul : <i>Konsef Pendidikan Filosof Muslim (Drs. Busyairi Madjidi), Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali (Fahiyah), Ilmu Pendidikan Dalam Pespektif Islam (Dr. Ahmad Tafsir), Pengantar Filsafat Pendidikan (Drs. Ahmad D. Marimba), Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Drs. Moh. Amin)</i>, sedangkan untuk jenis data mengenai implikasi paedagogis Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 54, penulis menggunakan sumber data dari tafsir yang bersangkutan dengan dan buku yang dapat menunjang, membantu dalam menganalisis pada pembahasan, salah satunya seperti <i>Membumikan Al-Qur’an (M. Quraish Shihab), Tafsir bil Ma’tsur (Jalaludin Rahmat).</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Metode dan tehnik pengumpulan data</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Metode adalah cara-cara atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Winarno Surakhmad (1994:135) menyebutkan bahwa penelitian yang menggunakan metode deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, diantaranya dengan menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Adapun dalam tehnik mengumpulkan data, penulis menggunakan cara study kepustakaan dokumentasi yaitu suatu data mengenai hal-hal atau varibel berupa catatan, transkip, buku, majalah, dan lainnya (Arikunto, 1996:234)</span></div></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-41069830916899080302012-02-14T19:26:00.000-08:002012-02-15T03:49:57.897-08:00Keluarga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek. </div><div style="text-align: justify;">Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:</div><ol><li style="text-align: justify;">Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. </li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik</li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman</li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. </li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia</li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga. </li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya </li>
<li style="text-align: justify;">Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya. </li>
<li style="text-align: justify;">Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga</li>
</ol></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-51708742004176327772012-02-14T19:00:00.001-08:002012-02-15T04:17:23.600-08:00Sosialisasi Keluarga<div style="text-align: justify;">Dalam suatu masyarakat yang diatur dengan mekanise dan norma-norma gesellschaft, keluarga memiliki tanggung jawab yang besar dalam fungsinya untuk menanamkan dasar dasar sosialisasi ke lembaga-lembaga sekunder.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua ahli sosiologi mengetahui bahwa mekanisme kunci dari proses sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat adalah keluarga. Dari keluarga, hal-hal yang berhubungan dengan transformasi anak untuk menjadi anggota masyarakat dilakukan melalui hubungan perkawinan. Di dalam keluarga terjadi sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama. Keluarga merupakan kelompok primer yang ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan intim penuh kasih sayang. Dalam keluaraga, anak memenuhi sifat-sifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting biogenetik yang primitif untuk belajar terhadap respon-respon sosial. Di dalam keluarga anak belajar dan melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal prilaku-prilaku yang dilakukan oleh orang lain. Dengan perkataan lain, pengenalan tentang budaya-budaya masyarakat dimulai dari keluarga. Disini anak juga belajar tentang keunikan pribadi seorang, dan sifat-sifat kelompok sosial disekitarnya. Hampir disemua masyarakat keluarga dikenal sebagai unit sosial dimana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keluarga keluarga merupakan arena dimana anak mulai mengenal procreasi dan creasi secara syah dan dibenarkan. Didalam suatu masyarakat, keluarga inti menjalankan fungsi yang sebenarnya dari masyarakat, sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan memegang fungsi utama dalam membudayakan generasi muda. Dalam kasus lain, keluarga adalah sebagai perantara antara budaya lokal dan unit sosial, dimana nilai-nilai budaya mulai ditanamkan dari generasi tua ke generasi muda.</div><div style="text-align: justify;">Keluarga juga menjalankan fungsi fungsi politik. Keluarga membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk hidup berkelompok. Di dalam keluarga anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena didalam keluarga sebagai unit terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan keputusan maka keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro. Di dalam keluarga, anak pertama kali belajar mengenal pola-pola kekuasaan, bagaimana kekuasaan terbagi serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung. Disini anak mulai mengenal mengapa orang tua memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian kekuasaan antara lelaki dan perempuan. , antara yang muda dan yang tua, antara ayah dan ibu, antara anak dan orang tua. Sifat-sifat kepatuhan anak dalam keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di sekolah dan di masyarakat. Demikian juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan melawan dan tidak disiplin didalam keluarga, juga akan mempengaruhi dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disamping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim didalam keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi, konsumsi, barang, dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga. Didalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, penghargaan tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah anak memiliki pergaulan dan pengalaman-pengalaman yang luas didalam kehidupan masyarakatnya, sering pengaruh orang-orang dewasa disekitarnya lebih mempengaruhi dan membentuk prilakunya dibandingkan pengaruh dari keluarga. Dalam situasi semacam itu tidak jarang akan terjadi konflik didalam diri anak, pola prilaku manakah yang kemudian diadopsi untuk dijadikan pola panutan.</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-11853955490377352322012-02-14T18:53:00.000-08:002012-02-15T04:20:34.457-08:00Fungsi Sosialisasi Keluarga<div style="text-align: justify;">A. Definisi</div><div style="text-align: justify;">Sosialisasi dimulai pada saat kelahiran dan usai ketika meninggal. Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu atau kelompok dimana manusia meningkatkan pengalaman hidup mereka, memperoleh karakteristik motif sosial (Honingman, 1967).</div><div style="text-align: justify;">Sosialiasi diarahkan pada pengajaran anak-anak menganai bagaimana caranya berperilaku dan mengasumsikan peran di masyarakat. Anak diajari bahasa, peran atau diharapkan untuk mengasumsikan pada berbagai langkah hidup, norma sosial dan kultural dan harapan dari apa benar dan keliru, dan struktur teori yang relevan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Aspek Sosialisasi Keluarga</div><div style="text-align: justify;">Budaya Internal atau nilai-nilai dan kepribadian meliputi konsep kesehatan, sikap, dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut umumnya ditangani oleh Ibu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Masalah yang Mungkin Ditemukan</div><div style="text-align: justify;">Dari sebagian besar penelitian dan literature mengenai pola perkembangan anak dari orang tua lengkap, single-parent, dan keluarga orang tua tiri didapatkan hasil : single-parent dan orang tua tiri merupakan dua keluarga dengan pola sosialisasi yang unik, dan tentunya akan berdampak pada anak. Allen (1997) mengemukakan bahwa orang tua lesbian dan Gay memiliki konsep bahwa “keluarga terdiri dari berbagai macam seperti anak kandung, anak adopsi, dan anak yang dipilih dari keluarga terdekat.</div><div style="text-align: justify;">1. Keluarga Single-Parent</div><div style="text-align: justify;">Single-parent umumnya terbentuk karena perceraian atau meninggalnya salah satu dari orang tua tersebut. Membesarkan anak bagi single-parents merupakan hal yang sulit, khususnya jika tidak ada orang dewasa lain yang mengarahkan orang tua. Single-parents membutuhkan Perjuangan untuk </div><div style="text-align: justify;">melengkapi kebutuhan finansial dan dukungan emosional untuk anak-anak mereka. Kemiskinan dan tidak adanya lapangan pekerjaan tetap yang biasanya dihadapi ibu semakin memberatkan untuk membesarkan anak.</div><div style="text-align: justify;">Masalah yang dihadapi anak dengan orang tua tunggal biasanya mengalami ketidaksuksesan dalam sekolah, rendahnya penghargaan, dan penurunan harga diri bila dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dengan orang tua lengkap.</div><div style="text-align: justify;">2. Keluarga Step-parent</div><div style="text-align: justify;">Dalam keluarga dengan orang tua tiri, aturan yang ditetapkan ayah tiri membingungkan dan menghasilkan ketidakseimbangan keluarga yang berdampak pada kesulitan dalam membesarkan anak. Setiap orang tua membentuk latar belakang keluarga ketika menjelaskan kepada anak menganai kepercayaan, perilaku, dan disiplin. Ketika orang dewasa memasuki keluraga baru, ayah tiri akan menjadi suami namun tidak sepenuhnya menjadi orang tua dan menyetujui tentang aturan yang diberlakukan. Lebih lanjut, anak yang tumbuh dengan kepribadian mereka dan memiliki harapan mengenai apa yang diterima atau tidak diterima bagi mereka sendiri dan pajanan orang tua kandung mereka.</div><div style="text-align: justify;">3. Keluarga Gay/ Lesbian (LGBT) </div><div style="text-align: justify;">Orang dewasa lesbian, gay, biseksual, dan transgender merupakan anggota dari banyak keluarga, sering mengasuh anak dengan berbagai situasi. Semisal, Saving Williams dan Esterberg (2000) mengklasifikasikan keluarga gay lesbian:</div><div style="text-align: justify;">a) Keluarga dengan orang tua heteroseksual namun anaknya lesbian, gay, atau biseksual.</div><div style="text-align: justify;">b) Anak dari orang tua lesbian atau gay.</div><div style="text-align: justify;">c) Orang dewasa lesbian dan gay yang mengasuh anak bersama.</div><div style="text-align: justify;">Anak dengan orangtua lesbian dan gay membangun psikologi, intelektual, kepribadian, dan emosi dalam arahan yang positif dan orientasi seksual dari orang tua tidak berakibat atau bukan merupakan prediksi dari pembangunan karakter anak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Manfaat Data bagi Perawat</div><div style="text-align: justify;">1. Data yang dikaji sehubungan dengan fungsi sosialisasi keluarga</div><ul><li>Jenis pemeliharaan yang dilakukan keluarga kepada anak (kontrol kepribadian, disiplin, penghargaan, dan hukuman; ketergantungan dan otonomi; pemberian dan penerimaan cinta; latihan pengembangan kepribadian)</li>
<li>Bentuk adaptasi keluarga ketika membesarkan anak dalam berbagai situasi</li>
<li>Siapa yang bertanggung jawab terhadap perawatan anak mengenai peran dan fungsi sosialisasi, dan manajemen yang diambil.</li>
<li>Bagaimana mempengaruhi atau mengajak dalam keluarga</li>
<li>Budaya yang berpengaruh dalam keluarga dalam hubungannya dengan pola pengasuhan anak.</li>
<li>Apakah kelas sosial dan pengaruhnya pada perkembangan anak</li>
<li>Apakah keluarga memiliki risiko tinggi dalam masalah membesarkan anak dan faktor resiko dalam keluarga</li>
<li>Apakah lingkungan rumah nyaman bagi anak untuk bermain.</li>
</ul><div style="text-align: justify;">2. Manfaat data bagi perawat keluarga</div><ul><li>Mengidentifikasi masalah potensial atau aktual</li>
<li>Mengobservasi kekuatan keluarga dan masalah yang dihadapi sehubungan fungsi sosialisasi keluarga biasanya terjadi pada perawat keluarga yang bekerja di sekolah, bagian anak, kesehatan komunitas, keperawatan keluarga, dan kesehatan mental. Kekuatan keluarga mungkin tertutup oleh diagnosa keluarga potensial.</li>
<li>Merencanakan intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan</li>
<li>Intervensi terkait pola fungsi sosialisasi keluarga yng sesuai untuk promosi kesaehatan, dan upaya pencegahan, tipe diagnosa pengembalian kesehatan. Contoh seperti intervensi sesuai yang melingkupi pengajaran, dan pengarahan serta pemberian intervensi lebih awal dan untuk program orang tua.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Friedman, Marilyn, Vicky R. Bowden, Elaine G. Jones. 2003. Family Nursing: Research, Theory, & Practice, fifth edition. New Jersey: Pearson Education</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-21836059048849814892012-02-14T18:25:00.000-08:002012-02-15T04:19:05.878-08:00Keluarga Sebagai Pranata Sosial<div style="text-align: justify;">Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain. Di dalam perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan, Ayah sebagai suami dari istri, Bapak dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota dari masyarakat dan lingkungan. Ibu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anaknya, mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ayah dan ibu dalam keluarga sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">Peranan ayah adalah </div><div style="text-align: justify;">• Sumber kekuasaan di dalam keluarga</div><div style="text-align: justify;">• Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar</div><div style="text-align: justify;">• Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga</div><div style="text-align: justify;">• Pelindung terhadap ancaman dari luar</div><div style="text-align: justify;">• Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan</div><div style="text-align: justify;">• Pendidik dalam segi-segi rasional</div><div style="text-align: justify;">Peranan Ibu adalah </div><div style="text-align: justify;">• Sumber dan pemberi kasih sayang</div><div style="text-align: justify;">• Pengasuh dan pemelihara</div><div style="text-align: justify;">• Tempat mencurahkan isi hati</div><div style="text-align: justify;">• Pengatur kehidupan dalam rumah tangga</div><div style="text-align: justify;">• Pembimbing hubungan pribadi</div><div style="text-align: justify;">• Pendidik dalam segi-segi emosional</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari hari ke hari manusia melaksanakan banyak tindakan interaksi antar individu dalam rangka kehidupan masyarakat. Interaksi itu penting karena masyarakat merupakan suatu kesatuan dari Individu-individu yang satu dengan yang lain berada dalam hubungan interaksi yang berpola, sehingga menimbulkan reaksi/respons dari individu-individu lain. Proses interaksi antar individu dibedakan menjadi dua hal yaitu : Kontak dan Komunikasi. Kontak antar individu tidak hanya kotak berjarak dekat (berhadapan muka), tetapi alat kebudayaan masa kini seperti tulisan, buku, surat kabar, telpon, radio, televisi yang memungkinkan kontak jarak jauh. Komunikasi timbul setelah kontak terjadi. Dalam proses itu tindakan dari pihak pertama mengeluarkan makna yang ditangkap oleh pihak kedua. Penangkapan makna ini menjadi pangkal untuk reaksi pihak kedua. Kontak belum berarti adanya komunikasi seperti : seorang pembaca tidak berhasil memahami tulisan seorang penulis, sehingga kontak ada, tetapi komunikasi antara pembaca dan penulis tidak ada. Atau sering terjadi makna dari pihak pertama berbeda dengan makna yang ditangkap oleh pihak kedua, dengan demikian tidak terjadi suatu komunikasi dan respons seperti yang diharapkan pihak pertama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari tindakan yang berpola tadi dibedakan antara pola tidak resmi dan pola resmi. Sistem-sistem yang menjadi wahana dalam berinteraksi menurut pola-pola resmi, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata atau institution. Jadi pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keluarga sebagai pranata sosial karena keluarga memiliki tanggung jawab yang besar dalam fungsinya untuk menanamkan dasar-dasar sosialisasi ke lembaga-lembaga sekunder. </div><div style="text-align: justify;">Semua ahli sosiologi mengetahui bahwa mekanisme kunci dari proses sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat adalah keluarga. Dari keluarga, hal-hal yang berhubungan dengan transformasi anak untuk menjadi anggota masyarakat dilakukan melalui hubungan perkawinan. Di dalam keluarga terjadi sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama. Keluarga merupakan kelompok primer yang ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan intim penuh kasih sayang. Dalam keluaraga, anak memenuhi sifat-sifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting biogenetik yang primitif untuk belajar terhadap respon-respon sosial. Di dalam keluarga anak belajar dan melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal prilaku-prilaku yang dilakukan oleh orang lain. Dengan perkataan lain, pengenalan tentang budaya-budaya masyarakat dimulai dari keluarga. Disini anak juga belajar tentang keunikan pribadi seorang, dan sifat-sifat kelompok sosial disekitarnya. Hampir disemua masyarakat keluarga dikenal sebagai unit sosial dimana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keluarga keluarga merupakan arena dimana anak mulai mengenal prokreasi dan kreasi secara syah dan dibenarkan. Didalam suatu masyarakat, keluarga inti menjalankan fungsi yang sebenarnya dari masyarakat, sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan memegang fungsi utama dalam membudayakan generasi muda. Dalam kasus lain, keluarga adalah sebagai perantara antara budaya lokal dan unit sosial, dimana nilai-nilai budaya mulai ditanamkan dari generasi tua ke generasi muda.</div><div style="text-align: justify;">Keluarga juga menjalankan fungsi fungsi politik. Keluarga membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk hidup berkelompok. Di dalam keluarga anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena didalam keluarga sebagai unit terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan keputusan maka keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro. Di dalam keluarga, anak pertama kali belajar mengenal pola-pola kekuasaan, bagaimana kekuasaan terbagi serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung. Disini anak mulai mengenal mengapa orang tua memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian kekuasaan antara lelaki dan perempuan. , antara yang muda dan yang tua, antara ayah dan ibu, antara anak dan orang tua. Sifat-sifat kepatuhan anak dalam keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di sekolah dan di masyarakat. Demikian juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan melawan dan tidak disiplin didalam keluarga, juga akan mempengaruhi dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Disamping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim didalam keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi, konsumsi, barang, dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga. Didalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, penghargaan tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah anak memiliki pergaulan dan pengalaman-pengalaman yang luas didalam kehidupan masyarakatnya, sering pengaruh orang-orang dewasa disekitarnya lebih mempengaruhi dan membentuk prilakunya dibandingkan pengaruh dari keluarga. Dalam situasi semacam itu tidak jarang akan terjadi konflik didalam diri anak, pola prilaku manakah yang kemudian diadopsi untuk dijadikan pola panutan.</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-89392984550394207282012-02-14T18:17:00.000-08:002012-02-15T04:19:52.146-08:00Keluarga Sebagai Kelompok Primer<div style="text-align: justify;">Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Sosialisasi primer</div><div style="text-align: justify;">Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.</div><div style="text-align: justify;">Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Sosialisasi sekunder</div><div style="text-align: justify;">Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-57784962023937870262012-02-14T18:06:00.000-08:002012-02-15T04:21:15.288-08:00Hubungan Orang Tua dan Anak<div style="text-align: justify;">Orang tua merupakan pusat kehidupan rohani anaknya dan merupakan penyebab berkenalnya dengan alam luar, karena orang itu tua perlu mencurahkan perhatian yang cukup terhadap kepentingan anaknya. Ayah dan ibu perlu memberikan kasih sayang yang cukup kepada anaknya, agar anak merasa aman dan tenang. Hal ini akan memeudahkan anak untuk mengenal dan taat kepada Tuhannya kelak. Masa anak adalah masa meniru segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Oleh sebab itu orang tua perlu menempatkan dirii sebagai orang tua yang dapat dicontoh, baik dalam sikap, tingkah laku dan kata-katanya. Demikian pula penghayatan dan pengamalan agamanya, pertumbuhan dan perkembangan agama anak banyak dipengaruhi oleh sesama kehidupan keluarga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keluarga sebagai wahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada anak. Karena pertama, anak kali pertama berinteraksi dengan ibunya (dan anggota keluarga lain); kedua pengalaman dini belajar anak (terutama sikap sosial) awal mula diperoleh di dalam rumah dan ketiga, keluarga sesuai peran dan fungsinya diidentikkan sebagai tempat pengasuhan yang didalamnya mencakup proses sosialisasi yang sekaligus bertanggung jawab untuk menumbuh-kembangkan anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan faktor nilai, norma dan juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lebih luas (masyarakat).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Status sosial dalam suatu sistem sosial (misal anak, ayah dan ibu). Artinya, setiap status sosial tertentu harapannya dalam interaksi dengan individu/kelompok akan ada fungsi dan peran, yang didasarkan bukan pada ciri pribadi individu melainkan karena status sosial yang dipegangnya. Semisal saja, anak mempunyai kewajiban untuk menghormati dan patuh pada orangtua dan sebaliknya orangtua berkewajiban juga memberikan cinta, perhatian dan kasih sayang pada anaknya. Orangtua mempunyai dua peran, yaitu 1) Instrumental, yang dilakukan oleh bapak/suami dan 2) peran emosional/ekspresif, yang biasanya disandang oleh seorang ibu/istri. Kedua peran tersebut dijalankan oleh keluarga yang juga merupakan intsitusi dasar (fundamental unit of society) dalam rangka membentuk individu bertanggung jawab, mandiri, kreatif dan hormat melalui proses sosialisasi terus menerus kepada anak-anaknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fungsi keluarga adalah sebagai wahana terjadinya sosialisasi antara individu dengan warga yang lebih besar. Sama halnya dengan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI no.21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, salah satu fungsi dari delapan yang ada adalah sosialisasi dan pendidikan, yaitu fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya dimasa yang akan datang. </div><div style="text-align: justify;">Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain karena adanya interaksi. Untuk perkembangan sosial anak akan sangat dipengaruhi siapa agen sosialnya. agen sosial yang terpenting adalah orang-orang yang saling berhubungan dan dapat mempengaruhi bagaimana orang tersebut berperilaku, temasuk di sini adalah orangtua, saudara kandung (sibling) atau kelompok bermain (peer); selain itu nenek/kakek, paman/bibi dan orang dewasa lain dalam masyarakat sebagai jaringan hubungan yang lebih luas. Setiap agen sosial tersebut akan menentukan perbedaan dalam proses sosialisasi anak. Oleh karena itulah untuk menghasilkan individu-individu yang berkualitas baik, keluarga amat berperan dalam mensosialisasi nilai-nilai kebaikan dan norma yang berlaku atau yang diharapkan masyarakat kepada anak mereka yang dimulai dari masalah-masalah kecil yang terjadi dalam keluarga sesuai dengan tahap perkembangan usia anak tentunya. Praktek pengasuhan merupakan masa penting dalam membentuk individu matang dan dewasa, yang didalamnya telah mencakup proses sosialisasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cara yang dapat dilakukan keluarga dalam proses sosialisasi adalah sebagai berikut: </div><div style="text-align: justify;">Pertama, pengkondisian/pelaziman. Karena kita tahu dan tidak dapat disangkal lagi bahwa anak ialah manusia yang pasif sepenuhnya dalam sosialisasi, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan sebagian besar sikap dan tingkah lakunya dilakukan sebenarnya melalui proses ini, yang diciptakan oleh orangtua atau anggota keluarga lain yang telah dewasa dengan pemberian mekanisme hukuman atau imbalan; semisal, makan, minum, mandi, berpakaian, buang air besar/kecil (toilet training) bahkan bertutur kata sekalipun. Dengan diberikannya mekanisme tersebut anak akan mempertahankan tingkah laku tertentu bila apa yang dilakukan/diperbuat (baik) dapat imbalan. Sebaliknya anak akan menghindari tingkah laku tertentu bila ternyata apa yang diperbuat (buruk) akan mendapat hukuman.</div><div style="text-align: justify;">Kedua, pemodelan (pengimitasian dan pengindentifikasian). Cara imitasi biasanya berlangsung dalam waktu singkat untuk sekedar meniru aspek luar dari tokoh/model yang diidealkannya. Sebaliknya, jika anak menginginkan dirinya sama (identik) dengan tokoh idolanya maka peniruan akan terjadi lebih mendalam karena tidak hanya peniruan tingkah laku tapi juga totalitas dari tokoh atau model tersebut (identifikasi) sehingga di sini orangtua (keluarga) perlu memberi contoh perilaku yang baik bagi anaknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketiga, internalisasi yaitu cara yang mempersyaratkan anak (dengan sukarela) untuk menyadari bahwa sesuatu hal, seperti norma, nilai dan tingkah laku memiliki makna tertentu yang berharga bagi dirinya atau bagi masyarakat kelak untuk dijadikan panutan, pedoman atau tindakan yang lama kelamaan hal tersebut akan menjadi bagian dari kepribadiannya, semisal anak dicontohkan dengan perbuatan-perbuatn yang dilarang agama atau yang tidak diharapkan masyarakat pada umumnya.</div><div style="text-align: justify;">Anak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh atau awal diperolehnya pengalaman belajar bagi seorang anak. Dalam keluargalah kali pertama anak berinteraksi terutama dengan ibunya setelah anak dilahirkan dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan ini akan berkembang sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat; dengan syarat punya kesempatan untuk berhubungan dengan orang lain (sosialisasi), mampu berkomunikasi dan berbicara yang dapat diterima (dimengerti) orang lain dan memiliki motivasi belajar yang menyenangkan. Untuk hal ini diperlukan suatu dukungan orang lain, karena pengalaman sosial dini kali pertama diperoleh di dalam rumah maka keluargalah yang paling tepat menentukan terjadinya proses sosialisasi pada anak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena keluarga berfungsi untuk menjaga dan menumbuh-kembangkan anggotanya, maka diperlukan orangtua yang bijaksana, sebab sikap orangtua akan mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan mempengaruhi perilaku anak. Pada dasarnya hubungannya orangtua-anak tergantung pada sikap orangtua, dimana hal ini juga diperoleh melalui pengalaman belajar sebelumnya dari orangtua mereka.</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-63799054154238087042012-01-23T19:25:00.000-08:002012-02-15T04:04:25.652-08:00PTK SAIN Kelas VI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Menurut Kurikulum 2006 Kelas II Sekolah Dasar, IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.</div><div style="text-align: justify;">Suatu kenyataan bahwa pembelajaran sains yang dialami selama ini masih jauh dari yang diharapkan, yaitu guru dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep. Penggunaan metode ceramah yang tidak variatif mengakibatkan siswa menjadi pembelajar yang fasif karena banyak didominasi guru, sehingga siswa cepat merasa bosan dalam belajar. Hal ini disebabkan pula langkah penggunaan / pemanfaatan alat peraga pembelajaran IPA. Siswa hanya jadi pendengar, penulis ringkasan atau pencatat materi yang ada pada buku sumber. Untuk meningkatkan kualitas guru harus cermat terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi proses suatu pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan uraian di atas penulis merasa berkewajiban untuk memenuhi tuntutan pembelajaran IPA yang semestinya, khususnya dalam meningkatkan pemahaman siswa dengan penerapan metode percobaan (eksperimen) dalam pokok bahasan Mengenal Sumber energy Panas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, fokus permasalahan pada penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan Pemahaman siswa pasa Pembelajaran IPA dalam pokok bahasan Mengenal Sumber energy panas yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya, Supaya lebih terfokus penelitian dibatasi dalam pertanyaan sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber Energi Panas?</div><div style="text-align: justify;">2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber Energi panas?</div><div style="text-align: justify;">3. Sejauhmana peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber Energi Panas?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :</div><div style="text-align: justify;">1. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber energy panas.</div><div style="text-align: justify;">2. Meningkatkan efektivitas belajar siswa dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber Energi Panas.</div><div style="text-align: justify;">3. Mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dalam pokok bahasan Sumber Energi Panas.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Manfaat Penelitian</div><div style="text-align: justify;">1. Bagi Guru</div><div style="text-align: justify;">Guru secara bertahap memiliki pengalaman dan kemampuan menjadi peneliti yang berguna untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas serta meningkatkan kualitas pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;">2. Bagi Siswa</div><div style="text-align: justify;">a. Mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dari sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;">b. Mampu melakukan percobaan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu maslah.</div><div style="text-align: justify;">c. Membangkitkan semangat dan minat siswa untuk lebih antusias dalam pembelajaran IPA.</div><div style="text-align: justify;">3. Bagi Sekolah</div><div style="text-align: justify;">Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam perbaikan dan peningkatan kualitas dalam pembelajaran juga sebagai sarana pembinaan profesional.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">KAJIAN PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut Bruner dalam Nasution (2003:3) menyatakan bahwa “Proses Pembelajaran di kelas bukan untuk memperoleh pengetahuan saja, melainkan untuk berfikir secara kritis,” Jadi model pembelajaran yang dianjurkan Bruner merupakan proses pembelajaran dimana siswa aktif mencari pengetahuan yang diinginkan. Peran guru dalam teori ini bukan sebagai sumber pemberi informasi, melainkan sebagai penuntun untuk mendapatkan informasi.</div><div style="text-align: justify;">IPA menurut kurikulum 2006 adalah “Proses mencari tahu tentang alam secara sistematis,” sehingga bukan hanya kumpulan penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip sajka tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Karena itu pembelajaran IPA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.</div><div style="text-align: justify;">Jean Piaget menerangkan bahwa “Usia 6-12 tahun termasuk dalam peringkat operasional konkret (Concrete Operational)”, pada masa ini siswa masih membutuhkan benda-benda yang nyata untuk membantu mengembangkan kemampuan intelektual, pikiran dan tingkah laku siswa selalu berlandaskan pada tahap-tahap pemikiran yang terstruktur. Pola pemikiran siswa selalu menafsirkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya.</div><div style="text-align: justify;">Aktivitas pembelajaran sainsdapat mengembangkan kompetensi yang menekankan pada pengalaman langsung sehingga siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah dengan arahan mencari tahu dari melakukan, sehingga membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang alam sekitar.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Sudirman (1990:163) metode percobaan adalah “Cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Dalam proses belajar mengajar dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, membuktikan sendiri tentang suatu objek tau proses.</div><div style="text-align: justify;">Roestiyah (1989:80) yang dimaksud metode percobaan adalah “Salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang Sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya”. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran suatu konsep atau teori berdasarkan hasil percobaan dari pada hanya mendengar atau membaca saja.</div><div style="text-align: justify;">Dalam melakukan percobaan siswa tidak terpaku harus dilaksanakan di laboratorium, tetapi bias di luar kelas atau di alam sekitar untuk lebih memperjelas objek yang diteliti. Metode percobaan dapat mengembangkan sikap ilmiah tentang IPA serta menumbuhkan sikap peduli terhadap alam sekitar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">METODE PENELITIAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Jenis Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan guru dalam proses belajar mengajar. </div><div style="text-align: justify;">Bentuk Penlitian Tindakan Kelas (PTK) yang dipilih adalah PTK Kolaboratif yaitu suatu penelitian tindakan yang melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebagi peneliti, teman sejawat sebagi observer dan Kepala Sekolah sebagai pengawas pelaksanaan. Penelitian Tindakan Kolaboratif tersebut dituangkan dalam model Penelitian tindaka Kelas (PTK) yang berorientasi pada model Kemmis & Mc. Taggart. Penelitian digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis yang dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami, bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya. Alasan dipilinya model ini didasarkan pada kesederhanaan sehingga mudah dipahami peneliti, juga model ini cocok dengan rencana tindakan penelitianrelatif tidak komplek yaitu satu kali pembelajaran identik dengan satu siklus tindakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Prosedur Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Langkah-langkah yang dilakukan penulis dan penilai dalam melakukan penelitian ini adalah terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan tindakan terhadap serangkaian kegiatan yang dilakukan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Siklus I mengoptimalkan kemampuan guru dalam merancang dan mengoperasionalkan metode percobaan dengan fokus tindakan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan topik sumber energi panas.</div><div style="text-align: justify;">2. Siklus II mengoptimalkan kemampuan guru dalam merancang dan mengoperasionalkan metode percobaan dengan fokus tindakan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan topik sumber energi Panas.</div><div style="text-align: justify;">3. Siklus III mengoptimalkan kemampuan guru dalam merancang dan mengoperasionalkan metode percobaan dengan fokus tindakan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan topik sumber energi Panas.</div><div style="text-align: justify;">Refleksi tindakan penelitian pada masing-masing siklus dijadikan bahan refleksi keseluruhan penelitian tindakan kelas.</div><div style="text-align: justify;">Dalam pelaksanaan setiap tindakan pembelajaran direncanakan hal-hal sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">a. Membuat rencana pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">b. Mengelompokkan siswa</div><div style="text-align: justify;">c. Membuat / menyiapkan alat dan bahan yang kan digunakan</div><div style="text-align: justify;">d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan</div><div style="text-align: justify;">e. Membuat lembar observasi untuk merekam sktivitas belajar mengajar</div><div style="text-align: justify;">f. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Lokasi dan Subjek Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Lokasi dan subjek penelitian adalah SDN 2 Tanjungsari yang terletak di Dusun Sindang Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis, kelas yang dijadikan Subjek penelitian adalah siswa kelas II semester II tahun pengajaran 2009/2010, berjumlah 22 orang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Alasan lokasi tersebut dijadikan tempat penelitian karena peneliti bertugas di sekolah tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Metode Pengumpulan Data</div><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil tindakan dilakukan dengan menggunakan beberapa cara diantaranya :</div><div style="text-align: justify;">1. Observasi</div><div style="text-align: justify;">Observasi sebagai alat penilaian yang dianggap paling efektif untuk mengukur tingkah laku atau terjadinya suatu proses kegiatan dalam melakukan percobaan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, seperti tingkah laku siswa pada waktu belajar, berdiskusi dan melakukan praktek suatu keterampilan.</div><div style="text-align: justify;">2. Wawancara </div><div style="text-align: justify;">Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan pandan wawancara yang berisikan sejumlah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan. Peneliti tinggal menandai jawaban yang cocok dengan jawaban yang diungkapkan siswa. Wawancara sangat efektif untuk menilai hasil belajar siswa yang berkaitan dengan pendapat, keyakinan, harapan, aspirasi, prestasi dan keinginan.</div><div style="text-align: justify;">3. Tes Hasil Belajar</div><div style="text-align: justify;">Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami konsep perpindahan energi panas dalam pembelajaran IPA melalui metode percobaan. Teknik yang digunakan adalah tes dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Cara pelaksanaannya berupa tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam</div><div style="text-align: justify;">Kelas : II</div><div style="text-align: justify;">Semester : II</div><div style="text-align: justify;">Alokasi Waktu : 2x30 menit</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">I. Standar Kompetensi</div><div style="text-align: justify;">• Mengenal Sumber energy yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">II. Kompetensi Dasar</div><div style="text-align: justify;">• Mengidentifikasi sumber-sumber energy ( panas, Listrik, cahaya dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">III. Indikator</div><div style="text-align: justify;">• Menjelaskan sumber energy panas yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">IV. Tujuan Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Siswa dapat menjelaskan sumber energi panas</div><div style="text-align: justify;">• Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis sumber energi panas</div><div style="text-align: justify;">• Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">V. Materi Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Sumber-sumber Energi (Sumber Energi Panas)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">VI. Metode Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Ceramah</div><div style="text-align: justify;">• Tanya Jawab</div><div style="text-align: justify;">• Demonstrasi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">VII. Kegiatan Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">A. Kegiatan Awal (± 10 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Berdo’a</div><div style="text-align: justify;">• Mengecek Kehadiran Siswa</div><div style="text-align: justify;">• Apersepsi Tanya jawab seputar sumber-sumber energi</div><div style="text-align: justify;">B. Kegiatan Inti (± 40 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Guru menjelaskan tentang jenis-jenis sumber energy</div><div style="text-align: justify;">• Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tentang sumber energi panas</div><div style="text-align: justify;">• Dengan bimbingan guru siswa secara berkelompok melakukan percobaan </div><div style="text-align: justify;">• Siswa melaporkan kesimpulan dari hasil percobaan</div><div style="text-align: justify;">• Siswa bersama guru menyimpulkan hasil dari kerja kelompok.</div><div style="text-align: justify;">C. Kegiatan Akhir (± 10 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Menyimpulkan materi Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Melaksanakan Evaluasi</div><div style="text-align: justify;">• Tindak lanjut, Pemberian PR</div><div style="text-align: justify;">VIII. Alat dan Sumber</div><div style="text-align: justify;">• Alat : Alat musik, Lampu TL, dan gambar sumber energi</div><div style="text-align: justify;">• Sumber : Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 2</div><div style="text-align: justify;">Pusat Perbukuan Depdiknas: S. Rosilawaty, Aris Muharam, halaman 97-108.</div><div style="text-align: justify;">IX. Penilaian</div><div style="text-align: justify;">• Jenis Tes : Tertulis, Perbuatan</div><div style="text-align: justify;">• Bentu Tes : Isian singkat</div><div style="text-align: justify;">• Alat es : Lembar soal dan LKS</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mengetahui</div><div style="text-align: justify;">Kepala Sekolah</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">_____________________</div><div style="text-align: justify;">NIP. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Guru </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">______________________</div><div style="text-align: justify;">NIP.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">SISWA DIBAGI MENJADI 5 KELOMPOK</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">KELOMPOK</div><div style="text-align: justify;"> I KELOMPOK II KELOMPOK III KELOMPOK IV KELOMPOK V</div><div style="text-align: justify;">Agus Ramdani Heni H Jujun Diana Nurjaman Susi </div><div style="text-align: justify;">Ani Nuraeni Heni Nuraeni Lia Winingsih Opik Taopik Susi Susilawati</div><div style="text-align: justify;">Dian Imam Taufik Mamah N Popon F Tinah Saptinah</div><div style="text-align: justify;">Doni Ramdani Iman N Nina N Riqoh M Reni Nur’aeni</div><div style="text-align: justify;">- Jenal Mutakin - Roni -</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">LEMBAR KERJA SISWA ( LKS ) 1</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alat </div><div style="text-align: justify;">- Kompor minyak tanah</div><div style="text-align: justify;">- Kompor gas</div><div style="text-align: justify;">- Komor listrik</div><div style="text-align: justify;">Bahan</div><div style="text-align: justify;">- Minyak tanah</div><div style="text-align: justify;">- Korek api</div><div style="text-align: justify;">- Gas</div><div style="text-align: justify;">- Arus listrik Gas</div><div style="text-align: justify;">Langkah-langkah</div><div style="text-align: justify;">I. Siswa Mengamati alat-alat yang sudah disediakan</div><div style="text-align: justify;">Coba pegang alat tersebut secara bergiliran, bagaimana rasanya ?</div><div style="text-align: justify;">II. Coba nyalakan masing-masing alat tersebut</div><div style="text-align: justify;">Apa yang terjadi ? coba dekatkan tanganmu ! apa yang kamu rasakan ?</div><div style="text-align: justify;">III. Coba matikan alat tersebut !</div><div style="text-align: justify;">Apa yang terjadi ? apa yang kamu rasakan jika tanganmu didekatkan ?</div><div style="text-align: justify;">IV. Apa yang dapat kalian simpulkan pada percobaan di atas ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">LEMBAR KERJA SISWA ( LKS ) 2</div><div style="text-align: justify;">Alat dan Bahan</div><div style="text-align: justify;">1. Kain</div><div style="text-align: justify;">2. Gelas kimia</div><div style="text-align: justify;">3. Kertas timah rokok</div><div style="text-align: justify;">4. Cahaya matahari</div><div style="text-align: justify;">5. Air</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Langkah-langkah Kegiatan</div><div style="text-align: justify;">1. Letakkan kain yang sudah dibasahi air di atas gelas kimia, biarkan beberapa saat, bagaimana keadaan kain basah tersebut ?</div><div style="text-align: justify;">2. Letakkan kain basah pada langkah I dan biarkan dijemur cahaya matahari selama 5 menit, bagaimana keadaan kain ?</div><div style="text-align: justify;">3. Letakkan potongan kertas timah rokok pada tempat yang kurang mendapat cahaya matahari biarkan beberapa saat, bagaimana keadaan kertas timah rokok ?</div><div style="text-align: justify;">4. Letakkan potongan kertas timah rokok pada tempat yang dikenai cahaya matahari beberapa saat, bagaimana keadaan kertas timah rokok ?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">LEMBAR OBSERVASI</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berilah tanda silang pada kotak di bawah ini !</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimana keadaan kain pada langkah I ?</div><div style="text-align: justify;"> Tetap basah</div><div style="text-align: justify;"> Manjadi kering</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Bagaimana keadaan kain pada kegiatan langkah 2 ?</div><div style="text-align: justify;"> Tetap basah</div><div style="text-align: justify;"> Menjadi kering</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Bagaimana keadaan kertas timah rokok pada langkah 3 ?</div><div style="text-align: justify;"> Rata</div><div style="text-align: justify;"> Melengkung</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">4. Bagaimana keadaan kertas timah rokok pada langkah 4 ?</div><div style="text-align: justify;"> Rata</div><div style="text-align: justify;"> Melengkung</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">SOAL EVALUASI</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Isilah titik – titik pada soal di bawah ini dengan jawaban yang tepat !</div><div style="text-align: justify;">1. Energi ………. Digunakan untuk mengeringkan pakaian.</div><div style="text-align: justify;">2. Kita dapat melihat suatu benda karena adanya ………….</div><div style="text-align: justify;">3. Piano dapat menghasilkan bunyi dengan cara ………… </div><div style="text-align: justify;">4. Sumber energi cahaya yang utama di bumi adalah ……………</div><div style="text-align: justify;">5. Televisi merupakan sumber energi …………….. dan ……………. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kunci Jawaban</div><div style="text-align: justify;">1. Panas</div><div style="text-align: justify;">2. Cahaya</div><div style="text-align: justify;">3. Dipijit</div><div style="text-align: justify;">4. Matahari</div><div style="text-align: justify;">5. Cahaya dan Listrik</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kriteria Penilaian</div><div style="text-align: justify;">Setiap soal yang benar nilai 2</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB IV</div><div style="text-align: justify;">HASIL DAN PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rekapitulasi Nilai Hasil Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">No. Urut Nama Siswa Nilai</div><div style="text-align: justify;"> Siklus I Siklus II Siklus III</div><div style="text-align: justify;">1 Agus Ramdani 7 8 8</div><div style="text-align: justify;">2 Ani Nuraeni 7 9 10</div><div style="text-align: justify;">3 Dian 6 7 9</div><div style="text-align: justify;">4 Doni Ramdani 7 8 10</div><div style="text-align: justify;">5 Heni Handayani 5 7 8</div><div style="text-align: justify;">6 Heni Nuraeni 6 8 9</div><div style="text-align: justify;">7 Imam Taufik 7 8 10</div><div style="text-align: justify;">8 Iman Nurjaman 8 9 9</div><div style="text-align: justify;">9 Jenal Mutakin 7 8 9</div><div style="text-align: justify;">10 Jujun Diana 7 7 8</div><div style="text-align: justify;">11 Lia Winingsih 6 7 9</div><div style="text-align: justify;">12 Mamah Nurjanah 5 6 7</div><div style="text-align: justify;">13 Nina N 5 7 8</div><div style="text-align: justify;">14 Nurjaman 3 8 10</div><div style="text-align: justify;">15 Opik Taopik 4 7 9</div><div style="text-align: justify;">16 Popon F 6 7 8</div><div style="text-align: justify;">17 Riqoh Muniroh 7 8 9</div><div style="text-align: justify;">18 Roni 9 8 10</div><div style="text-align: justify;">19 Susi Sulistiawati 5 6 7</div><div style="text-align: justify;">20 Susi Susilawati 6 7 8</div><div style="text-align: justify;">21 Tinah Saptinah 6 7 8</div><div style="text-align: justify;">22 Reni Nur’aeni 6 7 8</div><div style="text-align: justify;">Jumlah 135 164 183</div><div style="text-align: justify;">Rata-rata 6.14 7.45 8.68</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Hasil Pembahasan</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Siklus I</div><div style="text-align: justify;">Pada proses pembelajaran pertama materi yang disampaikan tentang sumber energi panas dengan metode prcobaan. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, setelah mendapat arahan dan petunjuk dari guru siswa melakukan percobaan dengan panduan LKS.</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil observasi dan hasil tes akhir pada tindakan pertama tampaknya belum memberikan hasil yang diharapkan. Kendala yang dihadapi diantaranya guru merasa canggung dan gerogi dalam membimbing siswa sedangkan siswa tidak fokus terhadap materi pembelajaran karena diobservasi.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan kendala tersebut peneliti yang dibantu teman sejawat berupaya untuk mengatasinya dengan menyusun rencana kegiatan yang lebih matang pada siklus II.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Siklus II</div><div style="text-align: justify;">Pada proses pembelajaran ke 2 materi yang disampaikan tentang sumber energi cahaya dengan metode percobaan. Seperti pada siklus I Siswa dibagi menjadi lima kelompok baku bekerja sesuai petunjuk dan panduan yang diberikan.</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil observasi dan hasil tes akhir pada tindakan kedua terlihat sudah mendapat kemampuan yang cukup baik ini dikarenakan guru sudah agak tenang dalam membimbing siswa dalam berdiskusi dan siswapun mulai terfokus pada kegiatan percobaan.</div><div style="text-align: justify;">Untuk mencapai hasil yang optimal peneliti dan observer sepakat untuk melakukan tindakan ke tiga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Siklus III</div><div style="text-align: justify;">Pada proses pembelajaran ke 3 materi yang disampaikan tentang sumber energi cahaya dengan metode percobaan, kelompok siswa tetap lima kelompok, setelah diberi petunjuk tiap-tiap kelompok bekerja sesuai panduan.</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil observasi dan hasil tes akhir pada tindakan ketiga ternyata hasilnya sangat memuaskan, ternyata metode percobaan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang disampaikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">BAB V</div><div style="text-align: justify;">KESIMPULAN DAN SARAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah dianalisis, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran IPA dalam topik sumber energi panas dengan menggunakan metode percobaan di kelas II SDN 2 Tanjungsari dapat dioprasionalkan.</div><div style="text-align: justify;">2. Proses Pembelajaran dengan menggunakan metode percobaan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung sehingga lebih lama diingat siswa.</div><div style="text-align: justify;">3. Hasil observasi dari setiap siklus selalu mengalami peningkatan dilihat dari kinerja guru, kreaktifitas siswa dan tes hasil belajar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Saran-saran</div><div style="text-align: justify;">Dalam rangka perbaikan tindakan pembelajaran serta peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dapat disampaikan saran sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Seorang guru harus mampu merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang baik dengan memilih dan menentukan metode yang sesuai dengan karakteristik bidang studi dan bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai hasil yang optimal.</div><div style="text-align: justify;">2. Dalam proses pembelajaran hendaknya mengoptimalkan penggunaan metode percobaan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu topik.</div><div style="text-align: justify;">3. Penggunaan alat dan media yang relevan untuk membantu siswa memperjelas suatu peristiwa atau kejadian.</div></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-46826060175738145942012-01-23T19:13:00.000-08:002012-02-15T04:21:44.699-08:00PTK Matematika Kelas VI<div style="text-align: justify;">BAB I </div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2006 (Depdiknas 2003) adalah “mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.” Pembelajaran pemecahan masalah merupakan salah satu alternative pembelajaran yang dipandang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran matematika SD. Pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika karena siswa akan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki siswa untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pengalaman di lapangan siswa SD pada umumnya mengalami kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam soal cerit. Hudoyo (dalam Soekisno 2002:2) menyatkan bahwa soal-soal yang berkaitan dengan bilangan tidaklah begitu menyulitkas siswa, namun soal-soal yang menggunakan kalimat sangat menyulitkan bagi siswa yang memiliki kemampuan kurang. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa bukan disebabkan tidak mampu melakukan perhitungan saja melainkan siswa tidak memahami permasalahan. </div><div style="text-align: justify;">Salah satu strategi pada model pembelajaran pemecahan masalah matematika yang dapat diterapkan adalah dengan pendekatan realistik. Pendekatan realistik merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika dengan cara pembelajaran secara reality (nyata). Kepada siswa diberikan tugas yang mendekati kenyataan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang dikemukakan adalah “Bagaimana model pemecahan masalah melalui pendekatan relistik pada pembelajaran matematika SD?”.</div><div style="text-align: justify;">Supaya lebih rinci penelitian lebih pokus dan dijabarkan serta dibatasi dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimana guru mengelola perencanaan dan aktivitas kelas selama pembelajaran matematika berlangsung dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik?</div><div style="text-align: justify;">2. Bagaimana aktivitas diskusi kelompok siswa pada pembelajaran matematika berlangsung dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik?</div><div style="text-align: justify;">3. Bagaimana prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika berlangsung dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik?</div><div style="text-align: justify;">4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika berlangsung dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan dan Manfaat Penelitian</div><div style="text-align: justify;">a. Tujuan Penelitian</div><div style="text-align: justify;">1. Menelaah model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik pada pembelajaran matematika selama proses pembelajaran berlangsung.</div><div style="text-align: justify;">2. Menelaah aktivitas diskusi kelompok siswa selama berlangsung pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik.</div><div style="text-align: justify;">3. Menelaah prestasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik.</div><div style="text-align: justify;">4. Menelaah tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik. </div><div style="text-align: justify;">b. Manfaat Penelitian</div><div style="text-align: justify;">1. Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik.</div><div style="text-align: justify;">2. Memberikan peranan yang mendukung pengembangan peranan guru sebagai pelaksana dan peneliti.</div><div style="text-align: justify;">3. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">KAJIAN PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Istilah pemecahan masalah ditemui dalam berbagai propesi dan dalam disiplin ilmu yang berbeda serta mempunyai banyak arti. </div><div style="text-align: justify;">Sutawidjaya (1997:189) menyatakan bahwa Pemecahan masalah dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk matematika itu sendiri maupun aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan ilmu pengetahuan yang lain secara kreatif untuk menyelesaikan masalah-masalah yang belum diketahui penyelesaiaanya ataupun masalah-masalah yang belum dikenal. </div><div style="text-align: justify;">Branca (1980:3) mengemukakan bahwa Kegiatan-kegiatan yang diklasifikasikan sebagai pemecahan masalah dalam matematika diantaranya menyelesaikan soal cerita dalam buku teks, menyelesaikan soal-soal tidak rutin, atau menyelesaikan masalah teka-teki, penerapan matematika pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. </div><div style="text-align: justify;">Kurikulum berbasis kompetensi menyarankan pemecahan masalah harus menjadi focus pembelajaran matematika di sekolah.</div><div style="text-align: justify;">Ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan realistik yaitu :</div><div style="text-align: justify;">1. Menggunakan konteks</div><div style="text-align: justify;">2. Siswa menggunakan model</div><div style="text-align: justify;">3. Memproduksi dan mengkontruksi model</div><div style="text-align: justify;">4. Pembelajaran interaktif dan </div><div style="text-align: justify;">5. Terjadi proses keterhubungan antar konsep atau antar pokok bahasan.</div><div style="text-align: justify;">Model pembelajaran pemecahan masalah, yaitu pembelajaran yang berbasiskan masalah pada proses pembelajarannya siswa dihadapkan pada masalah yang harus diselesaikan sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">METODE PENELITIAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Jenis Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jenis kualitatif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan guru dalam proses belajar mengajar. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang diperaktekan guru sehari-hari, khususnya guru Sekolah Dasar.</div><div style="text-align: justify;">Penelitian Tindakan Kelas ini berorientasi pada model Kemmis E Mc. Taggart. Pendapat Kemmis E Mc. Taggart (Kasbolah,1999:14) mengatakan : Penelitian Tindakan Kelas digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis.</div><div style="text-align: justify;">Desain ini menggunakan model yang dikenal dengan system spiral refleksi diri dengan tindakan terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi komponen ini membentuk untaian yang dipandang sebagai satu siklus atau satu putaran kegiatan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Prosedur Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini dirancang tiga siklus dengan rincian sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Siklus I bertujuan agar siswa mampu melakukan operasi hitung bilangan Penjumlahan dan Pengurangan dalam memecahkan masalah dan mengevaluasi pembelajaran tindakan I dan II.</div><div style="text-align: justify;">2. Siklus II bertujuan siswa mampu melakukan operasi hitung bilangan Penjumlahan dan Pengurangan dalam memecahkan masalah dan mengevaluasi pembelajaran pada tindakan I dan II.</div><div style="text-align: justify;">3. Siklus III bertujuan siswa mampu menentukan kesetaraan antara satuan, yaitu menggunakan kesetaraan satuan dalam perhitungan atau pemecahan masalah sehari-hari dengan melakukan operasi hitung bilangan Penjumlahan dan Pengurangan serta mengevaluasi/meninjau kembali pembelajarn tindakan I dan II.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan hasil refleksi survey awal maka disusun rencana kegiatan siklus I. Hasil refleksi I disusun rancangan siklus II. Hasil refleksi II disusun rancangan siklus III. Hasil refleksi III diputuskan bagaimana hasil proses pembelajaran model pemecahan masalah matematika melalui pendekatan realistik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Lokasi dan Subjek Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Lokasi dan subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN 2 Tanjungsari yang terletak di dusun Sindang Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis, Subjek penelitian berjumlah 22 orang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Metode Pengumpulan Data</div><div style="text-align: justify;">Instrumen yang digunakan untuk melihat pelaksanaan setiap kegiatan berupa rencana kegaiatan pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi, pedoman wawancara, dan perangkat intrumen lainnya. kriteria atau ukuran keberhasilan ditentukan oleh hasil belajar siswa, analisis hasil observasi, analisis hasil wawancara, dan hasil triamulasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mata Pelajaran : Matematika</div><div style="text-align: justify;">Semester : I</div><div style="text-align: justify;">Alokasi Waktu : 2 x 30 menit</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">I. Standar Kompetensi</div><div style="text-align: justify;">• Melakukan Penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.</div><div style="text-align: justify;">II. Kompetensi Dasar</div><div style="text-align: justify;">• Melakukan Penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.</div><div style="text-align: justify;">III. Indikator</div><div style="text-align: justify;">• Membaca dan menggunakan simbol tambah, kurang, sama dengan dalam pengerjaan hitung.</div><div style="text-align: justify;">IV. Tujuan Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Siswa dapat mnegerjakan penjumlahan dan pengurangan pada soal cerita.</div><div style="text-align: justify;">V. Materi Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Penjumlahan dan Pengurangan</div><div style="text-align: justify;">VI. Metode Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Ceramah</div><div style="text-align: justify;">• Tanya Jawab</div><div style="text-align: justify;">• Pemberian Tugas</div><div style="text-align: justify;">VII. Kegiatan Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">A. Kegiatan Awal (± 10 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Berdo’a</div><div style="text-align: justify;">• Mengecek Kehadiran Siswa</div><div style="text-align: justify;">• Apersepsi Tanya jawab seputar penjumlahan dan pengurangan</div><div style="text-align: justify;">B. Kegiatan Inti (± 40 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Guru menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan </div><div style="text-align: justify;">• Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan </div><div style="text-align: justify;">• Dengan bimbingan guru siswa secara berkelompok mengerjakan soal +, -, =. </div><div style="text-align: justify;">C. Kegiatan Akhir (± 10 menit)</div><div style="text-align: justify;">• Menyimpulkan materi Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Melaksanakan Evaluasi</div><div style="text-align: justify;">• Tindak lanjut, Pemberian PR</div><div style="text-align: justify;">VIII. Alat dan Sumber</div><div style="text-align: justify;">• Alat : Papan tulis, spidol, gambar.</div><div style="text-align: justify;">• Sumber : Buku Paket Matematika Kelas II</div><div style="text-align: justify;">Pusat Perbukuan Depdiknas, Penulis Purnomo Sidi, Wiyanto, Endang Supaeminingsih : hal 32-33</div><div style="text-align: justify;">IX. Penilaian</div><div style="text-align: justify;">• Jenis Tes : Tertulis, Perbuatan</div><div style="text-align: justify;">• Bentu Tes : Soal Cerita (Esay)</div><div style="text-align: justify;">• Alat Tes : Lembar soal </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mengetahui</div><div style="text-align: justify;">Kepala SDN 2 Tanjungsari</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">IWA HASIBUAN, S.Ag</div><div style="text-align: justify;">NIP. 195409111986101001 Tanjungsari, 17 Juli 2009</div><div style="text-align: justify;">Guru Kelas II</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">TETI KUSMIATI, S.Pd</div><div style="text-align: justify;">19621128 198305 2 004</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mengetahui</div><div style="text-align: justify;">Pengawas TK/SD Kec. Rajadesa</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">AJAT S. MARCUSI, S.Ag</div><div style="text-align: justify;">NIP. 19560810 198011 1 00</div><div style="text-align: justify;">BAB IV</div><div style="text-align: justify;">HASIL DAN PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Siklus I</div><div style="text-align: justify;">Pada siklus I tersaji atas soal pengurangan dan penjumlahan yaitu: </div><div style="text-align: justify;">1. Agus ke sekolah membawa kelereng sebanyak 124 biji diberikan kepada Roni sebanyak 24 biji berapakah sisa kelereng Agus?</div><div style="text-align: justify;">2. Riqqoh membeli 74 Buku tulis jenal membeli 48 buku tulis, Berapakah jumlah buku mereka?</div><div style="text-align: justify;">3. Dalam sebuah kotak terdapat 752 dadu diambil oleh Jujun 120 buah dadu, disimpan lagi 75 buah, berapakah jumlah dadu yang ada dalam kotak ?</div><div style="text-align: justify;">Hasil kerja siswa yang dikerjakan oleh empat kelompok ternyata kurang memuaskan hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran terlihat bahwa dalam kerja kelompok masih didominasi oleh siswa yang merasa pintar sehingga siswa lain diam karena dianggap tidak bisa. Aktivitas diskusi kelompok kurang efektif tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah dianggap sukar.</div><div style="text-align: justify;">Setelah menganalisa hasil siklus I maka guru membuat rencana untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan melakukan siklus II.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Siklus II</div><div style="text-align: justify;">Pada siklus II tersaji soal Penjumlahan dan pengurangan sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1. Nina membeli 10 pensil, dipinjam oleh Heni 4 pensil, tetapi Nina membeli lagi 24 buah pensil, berapakah jumlah pensil Nina sekarang ?</div><div style="text-align: justify;">2. Jenal memiliki uang Rp. 350, Jenal membeli pisang Rp. 250, berapa sisa uang Jenal sekarang ?</div><div style="text-align: justify;">3. Di sekolah ada 425 buku perpustakaan tetapi rusak 114 buah buku, kemarin ada bantuan lagi 52 buah buku, berapa jumlah buku perpustakaan yang ada di sekolah ?</div><div style="text-align: justify;">Siswa dibentuk menjadi empat kelompok secara homogen pengelompokan siswa berdasarkan pada prestasi belajar siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa ternyata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik menjadi aktif. Hasil yang dicapai rata-rata benarhanya ada yang cepat dan ada yang lambat. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika model pemecahan masalah menyenangkan.</div><div style="text-align: justify;">Untuk mengoptimalkan hasil penbelajaran matematika model pemecahan masalah dengan pendekatan realistik dilanjutkan dengan siklus III.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Siklus III</div><div style="text-align: justify;">Pada siklus III tersaji soal Penjumlahan dan pengurangan, sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Perpustakaan sekolah mendapat bantuan 168 buku bacaan, keesokan harinya mendapat 257 buku lagi, berapa jumlah buku perpustakaan itu ?</div><div style="text-align: justify;">2. Rika ke sekolah membawa tas berisi buku tulis 4 buah, pensil 6 buah, penggaris 1 buah dan bolpoint 3 buah, berapa jumlah isi tas Rika ?</div><div style="text-align: justify;">3. Nurjaman ke sekolah membawa jeruk 76 buah, jeruk itu diberikan kepada Roni 24 buah, dimakan oleh Tinah 2 buah, berapa sisa jeruk Nurjaman sekarang ?</div><div style="text-align: justify;">Hasil siklus III terlihat jawaban siswa dari keempat kelompok benar semua, respon siswa baik antusias , mereka senang aktif mengerjakannya dan tidak membosankan.</div><div style="text-align: justify;">Hasil pengamatan pada model pemecahan masalah, siswa aktif menghitung, siswa dapat menyimpulkan dengan menggunakan kontek dan model serta siswa dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompoknya serta bebas mengeluarkan pendapat. Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, II,dan III kemampuan hasil belajar siswa dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik pada tabel sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">Hasil Tes pada Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">No. Urut Nama Siswa Nilai</div><div style="text-align: justify;"> Siklus I Siklus II Siklus III</div><div style="text-align: justify;">1 Agus Ramdani 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">2 Ani Nuraeni 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">3 Dian 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">4 Doni Ramdani 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">5 Heni Handayani 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">6 Heni Nuraeni 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">7 Imam Taufik 50 50 75</div><div style="text-align: justify;">8 Iman Nurjaman 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">9 Jenal Mutakin 50 75 100</div><div style="text-align: justify;">10 Jujun Diana 50 75 100</div><div style="text-align: justify;">11 Lia Winingsih 50 75 100</div><div style="text-align: justify;">12 Mamah Nurjanah 50 75 100</div><div style="text-align: justify;">13 Nina N 50 75 100</div><div style="text-align: justify;">14 Nurjaman 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">15 Opik Taopik 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">16 Popon F 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">17 Riqoh Muniroh 75 75 100</div><div style="text-align: justify;">18 Roni 50 50 100</div><div style="text-align: justify;">19 Susi Sulistiawati 50 50 100</div><div style="text-align: justify;">20 Susi Susilawati 50 50 100</div><div style="text-align: justify;">21 Tinah Saptinah 50 50 100</div><div style="text-align: justify;">22 Reni Nur’aeni 50 50 100</div><div style="text-align: justify;">Jumlah 1.250 1.375 2.050</div><div style="text-align: justify;">Rata-rata 56,82 62,50 93,18</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tabel 1</div><div style="text-align: justify;">Rekapitulasi Nilai Hasil Pembahasan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan tebel nilai di atas menunjukan nilai siswa mendapat kemajuan dari setiap siklus, nilai rata-ratapun meningkat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB V</div><div style="text-align: justify;">KESIMPULAN DAN SARAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">1. Pada proses pembelajaran pemecahan masalah melalui pendekatan realistik pada siklus I nampaknya kurang kondusif dikarenakan guru kurang memotivasi siswa dalam belajar. Kegiatan siswa dalam diskusi kelompok kurang efektif sehingga hasil tes kurang memuaskan. Setelah dilakukan tindakan yang dilanjukan dengan siklus II dan III guru sudah dapat menyajikan pembelajaran model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik dengan lancar sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif.</div><div style="text-align: justify;">2. Hasil belajar siswa dengan model pemecahan masalah melalui pendekatan realistik selalu meningkat pada setiap siklus, hal ini menunjukan hasil nelajar siswa ada kemajuan dan pembelajaran pemecahan masalah matematika melalui pendekatan realistik cukup berhasil.</div><div style="text-align: justify;">3. Respon siswa terhadap model pembelajaran pemecahan masalah melalui pendekatan realistik sangat positif, mereka antusias senang dengan mengotakatik model sehingga belajar tidak membosankan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Saran</div><div style="text-align: justify;">1. Agar pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah matematika melalui pendekatan realistik dapat berhasil dengan optimal sebaiknya guru harus benar-benar mengerti pembelajaran berbasis masalah. </div><div style="text-align: justify;">2. Dalam memberikan soal cerita pergunakanlah bahasa yang benar kalimatnya sederhana sehingga mudah dimengerti siswa.</div><div style="text-align: justify;">3. Berilah motivasi kepada siswa sebelum mengerjakan soal agar siswa bersemangat dalam bekerja.</div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-45514766890601043012011-05-27T03:24:00.001-07:002012-02-15T04:22:20.553-08:00JURU DU’UM<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 18pt;">الحمدالله الذي احـل نكـح وحـرم سـفاح. اشـــهـد ان لااله الاالله واشـهـد ان محمــدا عبده ورسوله. اللـهم صلي عـل ســيدنا محمــد و عـل اله واصحـبه اجـمـعين. اما بعـد</span><span style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 18pt;"><span dir="RTL"></span>"قل الله تعل في القرأن العظيم اعواذ باالله من الشـيطان الرجـيم لبـسـم الله الرحمن الرحيم"<span> </span>ومن ايته ان خـلق لكم من انفسـكم ازواجـا لتسكنوا اليـها, وجعـل بينكم مودة ورحمه, ان في ذلك لآيت لقوم يتفكرون.<span> </span></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 18pt;">قل الحـديث :<span> </span><span> </span></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 18pt;">النـكاح ســنتي فمن رغـب عن ســنتي فليــس مني </span><span style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Langkung tipayun hayu urang panjatkeun puji kalih syukur, ka dzat nu maha ghofur, kalayan urang tiasa tasyakur, kana rahmatna nu teu ka ukur, ti kapungkur dugi ka liang kubur. cunduk waktu nu rahayu, nitih wanci nu mustari, ninggang mangsa nu waluya, urang tiasa patepang raray pa amprok jongok dina raraga “walimatull Urusy”. Malati linggar na ati, kembang tanjung nu di untun, pameungkeut cangreud ka deudeuh, pakait patali asih nyucruk galur sunah rosul, nyubadanan parentah agama, mugia gusti maparin rahmat sinareng ganjar kawilujengan di lelerkeun ka jungjunan urang sadaya, tegesna habibana wanabiyana muhammad saw.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Simkuring ngadeg dipayuneun Bapak kalih ibu sadaya rawuh para wargi nu sami hadir, anomna, istrina, pamegetna, kum sadayana, pangapunteun nyuhunkeun widi tina galih nu wening, manah nu setra sarehan, sok sanaos katingali nu ngadeg di payun masih anom, matak resep nu ningali, leres bu............ komo nu ningalina mojang nu lanjangmah, mani teu petot-petot ti bobolotot belaan panon dibenta-bentakeun saha pikersaeun nu ngadeg tur sumanggeum teh.............</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Tapi dina wangkit ieu sim kuring seja ka papancenan kanggo mimpin ieu acara, anu mugia dina ieu acara, aya dina kalancaran ginulur rahmat Allah swt. Kalayan aya dina ridho mantena, ..................amiin ya robbal alamiiin. Namun sateuacanna ka wargi sadaya neda’ sihapunten anu ka suhun tina samudaya kakirangan sinareng kalepatan dina mimpin ieu acara, mugia wargi sadaya heunteu regat galih tina kakirangan oge kalepatan simkuring. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Kanggo nyingkat ieu waktos urang kawitan ieu acara ku aosan basmalah sasarengan ..........mangga........................ nincak kana acara nu munggaran nyaeta bubuka mangrupi aosan ayat suci Al-qur’an sinareung sholawatna, anu bade di sanggeumkeun ku pangersa ustadz/ustadzah......................... ka pangersa ................................................ mangga di haturanan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Atas nami hadirin simkuring ngahaturkeun nuhun ka pangersa ................. nu parantos maoskeun ayat suci Al-qur’an sinareung sholawatna, anu pamudah-mudahan ku aosan ayat suci Al-qur’an nembe sing ngajanteunkeun wasilah kana di paparinna rahmat sinareung kawilujeungan dunya rawuh akherat, khusus kanggo nu maosna umumna kanggo urang sadaya nu ngupingkeun kana aosannana. Atuh ku aosan sholawatna sing ngajanteun ciri ngagungkeun ka jungjunan urang sadaya, ciri cinta ka rosul, sahingga kenging safaatul udma engke di yaumul jaza’.<span style="color: red;"> </span>Amiin<span style="color: red;"> </span>ya robbal alamiiin.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Wilujeung sumping calon panganten anu gandang deuh ti..................................... sumangga calik ................................. nyanding neng............................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Genah rerendengan silih kicepan oleng panganten batara surya ngajadi saksi keur hidep duaan............ ngala campaka murak subaya, mipit malati pasini urang tedunan, ayang-ayangung di bale nyungcung.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Neda agung nya’ paralun, neda’ jembarnya’ pangampura, tumaros kami ngadongdon, najan cunduk alus semu’, najan sumping amis budi, budi da tara ti sasarina, reuwas sieun kuma onam, palieus sanes teu nampi, mung hoyong kareungeu’ inya’na, aya naon pikersaun.............. kukituna diteda kasepuhan calon panganten pameget, kedal saur pamaksadan sumangga dihaturanan ................................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Siki Koas dina eretan </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Digoreng jeung di susukan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Abdi reuwas ku seueur aleutan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sihorewng ngajak duduluran</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kurut batur pangacian, hate naralang deui, cunduk sanes bade niat ja’il, maksad nganjang bebesanan, piraku teu dirampeskeun, cunduk teu di bageakeun, kukituna di teda’ kasepuhan calon panganten istri kedal ucap kacindekan sumangga di haturanan.......................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Cau bagja nu di belah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Di bawa dina parahu</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Abdi bagja tur bungah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Di tarima jadi minantu</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Moal ka ukur ku catur, ka guar ku carita, sareung ka inggil ku tulis, kabagjaan hate. Rehna aletan nu maksad sae parantos ka tampi kalayan pinuh ku kabungahan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Al hamdulillah nu sumping, oge nu kasumpingan sapatotos, sapagodos, clik putih bawaning bersih, clak herang jatining padang. Reugem seja’ bebesanan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Anaking taraje enggeus nanggeuh</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Re eregan geus di singraykeun</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Tutut leuweung keong reuma, </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sumangga geura gek calik...................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pajar teu jingjing teu bawa, pajar jongok bari lengoh, buktina teu burung rebo, di tampi ku asta kalih, disangga kalingga murda, sumangga geura di tampi, bilih jaheut nu maparin, pajarkeun disapirakeun...........................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kaseupuhan rombongan sumangga ka payun, kanggo masihkeun salah sawios cacandakan, kalayan di tampi, ku sepuhna calon panganten istri......................... nu salajeungna sacara estapet..................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Deudeuh anaking pupujan ati</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Buah hate keumbang sukma </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Seuseumpalan raga nyawa</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kiwari hidep rarabi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Usum di tepung lawungkeun</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sina calik rerendengan </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sok bilih kaburu pundung</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pedah nu geulis can tembong</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sumangga ka juru rias, kango nyandak calon panganten istri , kanggo nepangan panutannana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Neda agung cukup lumur, neda’ jembar nya’ pangampura, rumaos ngabarekeun, wireh si inji birahi, kungsi pateuteup patukeur tineung, palimek pitunda basa, sareung jajaka pinilih, terah ti...................................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Neda’ sinaksen, neda’ jiad pangdu’a teu aya sanes ka sanggakeun ka Bapak ti KUA kanggo nyangred panganten ku akad tikah, pun..................................... ka .................................... sapuratina mangga dihaturanan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Asmana hadirin simkuring ngahaturkeun jatukrami, dina enggoning ngayuh rumah tangga, mudah-mudahan sing ngajanteunkeun rumah tanggga nu sakinah mawaddah warrohmah......... Amiin<span style="color: red;"> </span>ya robbal alamiiin.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Saba’da lumangsungna akad pernikahan, panteus kacida saupami kadua panganten, tamada kanu janten ibu ramana, amit mundur amit mungkur bade ngambah rumah tangga ,......... neda pang du’a kanu janteun ibu ramana ku acara sungkeum sinareung sawer........................ nu bade di luluguan ku..................................... mangga dihaturanan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Mangga ka petugas kanggo ngalereuskeun ieu arena...................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Simkuring muji syukur ka Allah nu agung nu geus masihan tali asih, ka deudeuh oge kanya’ah pangasih anjeuna ka tampi kasuhun pisan, dimana gek urang ngancik padumukan luraksa siang miwah wengi, sing raharja, sing rahayu, jalma-jalma hitup hurip, muja lahir bathin.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Tali asih sengit kembang</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dipiring ku kabagjaan hate</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kanyaah taya wates wangena</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: #00b050; font-size: 12pt;">Urang tutup ku du’a anu bade di luluguan ku pangersa............................</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: #00b050; font-size: 12pt;">Mangga di ahturanan........................</span><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: red; font-size: 12pt;">Urang tutup ieu acara ku aosan hamdalah sareung do’a majlis, sasareungan sumangga....................</span><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 36pt;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 18pt;">سـبحانك اللهـم وبحمد ك اشـهد ان لااله الاانـت استغـفرك واتوب اليه</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Acara ti kawit dugi tungtung, Alhamdulillah parantos rengse, kalayan aya dina kalancaran, atuh simkuring seja’ ngadeg di payuneun Bapak kalih Ibu sadaya, dina enggoning pancen ieu, sok bilih aya ucap nu teu ka larap, tingkah nu teu kapolah, mugi bapak ibu sadaya henteu regat galih tina samudaya kakirangannana, sihapunteun nu kasuhun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Usiikum wanafsi bitaqwa Allah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Wabillahi taufiq wal hidayah </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Wassalamu’alaiku wr. Wb.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kasaur ti sohibul maksad dumeh aya tuangeun alakadarna, mangga ka pangjajap oge tamu uleman di haturanan.................................</span>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4222740384176505827.post-28121457193516716822011-05-26T19:14:00.001-07:002012-02-15T04:23:10.600-08:00SEJARAH TURUNNYA DAN TUJUAN POKOK AL-QUR’AN<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.5pt;">Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman, Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS, 17:9).<br />
<br />
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul saw., untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu: Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Quran) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir (QS 16:44).<br />
<br />
Di samping keterangan yang diberikan oleh Rasulullah saw., Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari Al-Quran: Tidakkah mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati mereka tertutup (QS 47:24).<br />
<br />
Mempelajari Al-Quran adalah kewajiban. Berikut ini beberapa prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan. Atau, dengan kata lain, mengenai "memahami Al-Quran dalam Hubungannya dengan Ilmu Pengetahuan." Persoalan ini sangat penting, terutama pada masa-masa sekarang ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi seluruh aspek kehidupan.<br />
<br />
Kekaburan mengenai hal ini dapat menimbulkan ekses-ekses yang mempengaruhi perkembangan pemikiran kita dewasa ini dan generasi-generasi yang akan datang. Dalam bukunya, Science and the Modern World, A.N. Whitehead menulis: "Bila kita menyadari betapa pentingnya agama bagi manusia dan betapa pentingnya ilmu pengetahuan, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sejarah kita yang akan datang bergantung pada putusan generasi sekarang mengenai hubungan antara keduanya."(6)<br />
<br />
Tulisan Whithead ini berdasarkan apa yang terjadi di Eropa pada abad ke-18, yang ketika itu, gereja/pendeta di satu pihak dan para ilmuwan di pihak lain, tidak dapat mencapai kata sepakat tentang hubungan antara Kitab Suci dan ilmu pengetahuan; tetapi agama yang dimaksudkannya dapat mencakup segenap keyakinan yang dianut manusia.<br />
<br />
Demikian pula halnya bagi umat Islam, pengertian kita terhadap hubungan antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan akan memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan agama dan sejarah perkembangan manusia pada generasi-generasi yang akan datang.<br />
<br />
Periode Turunnya Al-Quran<br />
<br />
Al-Quran Al-Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya ditentukan oleh Allah SWT. dengan cara tawqifi, tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu masalah, selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal. Metode ini tidak terdapat di dalam Al-Quran Al-Karim, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih-berganti diterangkan.<br />
<br />
Persoalan akidah terkadang bergandengan dengan persoalan hukum dan kritik; sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasihat, ultimatum, dorongan atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba timbul persoalan lain yang pada pandangan pertama tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, apa yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 216-221, yang mengatur hukum perang dalam asyhur al-hurum berurutan dengan hukum minuman keras, perjudian, persoalan anak yatim, dan perkawinan dengan orang-orang musyrik.<br />
<br />
Yang demikian itu dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran Al-Quran dan hukum-hukum yang tercakup di dalamnya merupakan satu kesatuan yang harus ditaati oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada pemisahan antara satu dengan yang lainnya. Dalam menerangkan masalah-masalah filsafat dan metafisika, Al-Quran tidak menggunakan istilah filsafat dan logika. Juga dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Yang demikian ini membuktikan bahwa Al-Quran tidak dapat dipersamakan dengan kitab-kitab yang dikenal manusia.<br />
<br />
Tujuan Al-Quran juga berbeda dengan tujuan kitab-kitab ilmiah. Untuk memahaminya, terlebih dahulu harus diketahui periode turunnya Al-Quran. Dengan mengetahui periode-periode tersebut, tujuan-tujuan Al-Quran akan lebih jelas.<br />
<br />
Para ulama 'Ulum Al-Quran membagi sejarah turunnya Al-Quran dalam dua periode: (1) Periode sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi, di sini, akan dibagi sejarah turunnya Al-Quran dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Quran.<br />
<br />
Periode Pertama<br />
<br />
Diketahui bahwa Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu pertama (iqra'), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang Nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" (QS 74:1-2).<br />
<br />
Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi Rasulullah saw., dalam membentuk kepribadiannya. Perhatikan firman-Nya: Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu (QS 74:1-7).<br />
<br />
Dalam wahyu ketiga terdapat pula bimbingan untuknya: Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Quran dengan tartil (QS 73:1-4).<br />
<br />
Perintah ini disebabkan karena Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat (QS 73:5).<br />
<br />
Ada lagi ayat-ayat lain, umpamanya: Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka (keluargamu) enggan mengikutimu, katakanlah: aku berlepas dari apa yang kalian kerjakan (QS 26:214-216).<br />
<br />
Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya dakwah.<br />
<br />
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah, misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Quran", karena yang mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah SWT.<br />
<br />
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.<br />
<br />
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok:<br />
<br />
1. Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Quran. <br />
2. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Quran, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), dan atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: "Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami." <br />
3. Dakwah Al-Quran mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya. <br />
<br />
Periode Kedua<br />
<br />
Periode kedua dari sejarah turunnya Al-Quran berlangsung selama 8-9 tahun, di mana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah.<br />
<br />
Dimulai dari fitnah, intimidasi dan penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-Quran ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua --termasuk Rasulullah saw.-- berhijrah ke Madinah.<br />
<br />
Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Quran, di satu pihak, silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu, seperti: Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu (agama) dengan hikmah dan tuntunan yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya (QS 16:125).<br />
<br />
Dan, di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, seperti: Bila mereka berpaling maka katakanlah wahai Muhammad: "Aku pertakuti kamu sekalian dengan siksaan, seperti siksaan yang menimpa kaum 'Ad dan Tsamud" (QS 41:13).<br />
<br />
Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat berdasarkan tanda-tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Manusia memberikan perumpamaan bagi kami dan lupa akan kejadiannya, mereka berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang telah lapuk dan hancur?" Katakanlah, wahai Muhammad: "Yang menghidupkannya ialah Tuhan yang menjadikan ia pada mulanya, dan yang Maha Mengetahui semua kejadian. Dia yang menjadikan untukmu, wahai manusia, api dari kayu yang hijau (basah) lalu dengannya kamu sekalian membakar." Tidakkah yang menciptakan langit dan bumi sanggup untuk menciptakan yang serupa itu? Sesungguhnya Ia Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya bila Allah menghendaki sesuatu Ia (cukup) hanya memerintahkan: "Jadilah!"Maka jadilah ia (QS 36:78-82).<br />
<br />
Ayat ini merupakan salah satu argumentasi terkuat dalam membuktikan kepastian hari kiamat. Dalam hal ini, Al-Kindi berkata: "Siapakah di antara manusia dan filsafat yang sanggup mengumpulkan dalam satu susunan kata-kata sebanyak huruf ayat-ayat tersebut, sebagaimana yang telah disimpulkan Tuhan kepada Rasul-Nya saw., di mana diterangkan bahwa tulang-tulang dapat hidup setelah menjadi lapuk dan hancur; bahwa qudrah-Nya menciptakan seperti langit dan bumi; dan bahwa sesuatu dapat mewujud dari sesuatu yang berlawanan dengannya."(7)<br />
<br />
Di sini terbukti bahwa ayat-ayat Al-Quran telah sanggup memblokade paham-paham jahiliah dari segala segi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.<br />
<br />
Periode Ketiga<br />
<br />
Selama masa periode ketiga ini, dakwah Al-Quran telah dapat mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yatsrib (yang kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun, di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam masyarakat demi mencapai kebahagiaan? Bagaimanakah sikap terhadap orang-orang munafik, Ahl Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu diterangkan Al-Quran dengan cara yang berbeda-beda?<br />
<br />
Dengan satu susunan kata-kata yang membangkitkan semangat seperti berikut ini, Al-Quran menyarankan: Tidakkah sepatutnya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan hendak mengusir Rasul, sedangkan merekalah yang memulai peperangan. Apakah kamu takut kepada mereka? Sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu sekalian benar-benar orang yang beriman. Perangilah! Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan kamu sekalian serta menghina-rendahkan mereka; dan Allah akan menerangkan kamu semua serta memuaskan hati segolongan orang-orang beriman (QS 9:13-14).<br />
<br />
Adakalanya pula merupakan perintah-perintah yang tegas disertai dengan konsiderannya, seperti: Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya minuman keras, perjudian, berhala-berhala, bertenung adalah perbuatan keji dari perbuatan setan. Oleh karena itu hindarilah semua itu agar kamu sekalian mendapat kemenangan. Sesungguhnya setan tiada lain yang diinginkan kecuali menanamkan permusuhan dan kebencian di antara kamu disebabkan oleh minuman keras dan perjudian tersebut, serta memalingkan kamu dari dzikrullah dan sembahyang, maka karenanya hentikanlah pekerjaan-pekerjaan tersebut (QS 5:90-91).<br />
<br />
Di samping itu, secara silih-berganti, terdapat juga ayat yang menerangkan akhlak dan suluk yang harus diikuti oleh setiap Muslim dalam kehidupannya sehari-hari, seperti: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki satu rumah selain rumahmu kecuali setelah minta izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya. Demikian ini lebih baik bagimu. Semoga kamu sekalian mendapat peringatan (QS 24:27).<br />
<br />
Semua ayat ini memberikan bimbingan kepada kaum Muslim menuju jalan yang diridhai Tuhan di samping mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah, sambil memberikan didikan akhlak dan suluk yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi (kalah, menang, bahagia, sengsara, aman dan takut). Dalam perang Uhud misalnya, di mana kaum Muslim menderita tujuh puluh orang korban, turunlah ayat-ayat penenang yang berbunyi: Janganlah kamu sekalian merasa lemah atau berduka cita. Kamu adalah orang-orang yang tinggi (menang) selama kamu sekalian beriman. Jika kamu mendapat luka, maka golongan mereka juga mendapat luka serupa. Demikianlah hari-hari kemenangan Kami perganti-gantikan di antara manusia, supaya Allah membuktikan orang-orang beriman dan agar Allah mengangkat dari mereka syuhada, sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orangyang aniaya (QS 3:139-140).<br />
<br />
Selain ayat-ayat yang turun mengajak berdialog dengan orang-orang Mukmin, banyak juga ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafik, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. Ayat-ayat tersebut mengajak mereka ke jalan yang benar, sesuai dengan sikap mereka terhadap dakwah. Salah satu ayat yang ditujukan kepada ahli Kitab ialah: Katakanlah (Muhammad): "Wahai ahli kitab (golongan Yahudi dan Nasrani), marilah kita menuju ke satu kata sepakat di antara kita yaitu kita tidak menyembah kecuali Allah; tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, tidak pula mengangkat sebagian dari kita tuhan yang bukan Allah." Maka bila mereka berpaling katakanlah: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim" (QS 3:64).<br />
<br />
Dakwah menurut Al-Quran<br />
<br />
Dari ringkasan sejarah turunnya Al-Quran, tampak bahwa ayat-ayat Al-Quran sejalan dengan pertimbangan dakwah: turun sedikit demi sedikit bergantung pada kebutuhan dan hajat, hingga mana kala dakwah telah menyeluruh, orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Ketika itu berakhirlah turunnya ayat-ayat Al-Quran dan datang pulalah penegasan dari Allah SWT: Hari ini telah Kusempurnakan agamamu dan telah Kucukupkan nikmat untukmu serta telah Kuridhai Islam sebagai agamamu (QS 5:3).<br />
<br />
Uraian di atas menunjukkan bahwa ayat-ayat Al-Quran disesuaikan dengan keadaan masyarakat saat itu. Sejarah yang diungkapkan adalah sejarah bangsa-bangsa yang hidup di sekitar Jazirah Arab. Peristiwa-peristiwa yang dibawakan adalah peristiwa-peristiwa mereka. Adat-istiadat dan ciri-ciri masyarakat yang dikecam adalah yang timbul dan yang terdapat dalam masyarakat tersebut.<br />
<br />
Tetapi ini bukan berarti bahwa ajaran-ajaran Al-Quran hanya dapat diterapkan dalam masyarakat yang ditemuinya atau pada waktu itu saja. Karena yang demikian itu hanya untuk dijadikan argumentasi dakwah. Sejarah umat-umat diungkapkan sebagai pelajaran/peringatan bagaimana perlakuan Tuhan terhadap orang-orang yang mengikuti jejak-jejak mereka.<br />
<br />
Sebagai suatu perbandingan, Al-Quran dapat diumpamakan dengan seseorang yang dalam menanamkan idenya tidak dapat melepaskan diri dari keadaan, situasi atau kondisi masyarakat yang merupakan objek dakwah. Tentu saja metode yang digunakannya harus sesuai dengan keadaan, perkembangan dan tingkat kecerdasan objek tersebut. Demikian pula dalam menanamkan idenya, cita-cita itu tidak hanya sampai pada batas suatu masyarakat dan masa tertentu; tetapi masih mengharapkan agar idenya berkembang pada semua tempat sepanjang masa.<br />
<br />
Untuk menerapkan idenya itu, seorang da'i tidak boleh bosan dan putus asa. Dan dalam merealisasikan cita-citanya, ia harus mampu menyatakan dan mengulangi usahanya walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Demikian pula ayat-ayat Al-Quran yang mengulangi beberapa kali satu persoalan. Tetapi untuk menghindari terjadinya perasaan bosan, susunan kata-katanya --oleh Allah SWT-- diubah dan dihiasi sehingga menarik pendengarannya. Bukankah argumentasi-argumentasi Al-Quran mengenai soal-soal yang dipaparkan dapat dipergunakan di mana, kapan dan bagi siapa saja, serta dalam situasi dan kondisi apa pun?<br />
<br />
Argumen kosmologis (cosmological argument) --yang oleh Immanuel Kant dikatakan sebagai suatu argumen yang sangat dikagumi dan merupakan salah satu dalil terkuat mengenai wujud Pencipta (Prime Cause)-- merupakan salah satu argumentasi Al-Quran untuk maksud tersebut. Bukankah juga penolakan Al-Quran terhadap syirik (politeisme) meliputi segala macam dan bentuk politeisme yang telah timbul, termasuk yang dianut oleh orang-orang Arab ketika turunnya Al-Quran?<br />
<br />
Dapat diperhatikan pula, bahwa tiada satu filsafat pun yang memaparkan perincian-perinciannya dari A sampai Z dalam bentuk abstrak tanpa memberikan contoh-contoh hidup dalam masyarakat tempat ia muncul atau berkembang. Cara yang demikian ini tidak mungkin akan mewujud; kalau ada, maka ia hanya sekadar merupakan teori-teori belaka yang tidak dapat diterapkan dalam suatu masyarakat.<br />
<br />
</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">Tidaklah menjadi keharusan satu gerakan yang bersifat universal untuk memulai penyebarannya di forum internasional. Tapi, cara paling tepat adalah menyebarkan ajaran-ajarannya dalam masyarakat tempat timbulnya gerakan itu, dimana penyebar-penyebarnya mengetahui bahasa, tradisi dan adat-istiadat masyarakat tadi. Kemudian, bila telah berhasil menerapkan ajaran-ajarannya dalam suatu masyarakat tertentu, maka masyarakat tersebut dapat dijadikan "pilot proyek" bagi masyarakat lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada Fasisme, Zionisme, Komunisme, Nazisme, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa ajaran-ajaran Al-Quran itu khusus untuk masyarakat pada masa diturunkannya saja.</span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.5pt;"><br />
<br />
Tujuan Pokok Al-Quran<br />
<br />
Dari sejarah diturunkannya Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran mempunyai tiga tujuan pokok:<br />
<br />
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. <br />
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif. <br />
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, "</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.</span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.5pt;">" <br />
<br />
Catatan kaki<br />
6 Whitehead, Science and the Modern World, hal. 180.<br />
7 Lihat 'Abdul Halim Mahmud, Al-Tafsir Al-Falsafiy fi Al-Islam, Dar Al-Kitab Al-Lubnaniy, Beirut, 1982, h. 73-74.</span></b></div>Engkos Koswarahttp://www.blogger.com/profile/12577716532650762589noreply@blogger.com0